Rabu, 17 April 2013

Waktu begitu singkat

Alm. Bpk Triyoso Sembodo

   Tulisan ini aku persembahkan untuk mengenang kepergian kakak-ku tercinta alm Triyoso Sembodo menuju Ngayugyokarto ke dua. Beliu adalah perintis berdirinya Puri Asih di kota Kab. Jember, Jawa-Timur. Yang pada akhirnya tgl 15 April 2013 jam 22:00 wib meninggalkan kami semua, karena tugas dan tanggung jawabnya telah selesai belaiu kerjakan di dunia ini, walau tanpa mengalami gangguan penyakit yang berarti.

Janji Guru Sejati sudah ditepati, bahwa beliu akan di Jemput pada usia 53 tahun. Sebuah persiapan iman yang hebat, yang patut menjadi suri tauladan bagi kita sekalian, baik dalam membina keluarga, menjalankan tugas dalam pekerjaan, maupun berbagi pengetahuan dengan teman, sahabat dan famili, dengan celoteh-sendau-guraunya dan ngobrol walaupun hanya sekedar menghibur orang yang di ajak ngobrol oleh beliu.

Kendatipun waktu yang dimiliki sama dengan yang kita miliki, yaitu 24 jam sehari dan waktu telah beliu manage/di atur dengan baik, sehingga Tuhan mendapat pioritas tertinggi dalam jadwal dan pengaturan waktu yang beliu miliki.
Terbukti dalam tugas pelayanan di Kaweruh Jendra Hayuningrat, jam berapa, sesibuk apa bahkan tidak pandang cuaca seburuk apa, beliu rela mengorbankan diri untuk terjun kepelayanan.

Selamat jalan Sobatku, Kakak-ku, juga Bapak-ku. Kini Engkau telah tinggal bersama Sang Hyang Sukma. Aku memang tidak bisa menyentuh-Mu, akan tetapi dhawuh-dhawuh-Mu akan menjadi pembimbing bagi saudara-saudara-Mu di Puri Asih untuk mencapai kesempurnaan hidup di dunia dan di Jaman Kelanggengan. Rahayu!

Seorang guru lantaran Kaweruh Jendra Hayuningrat yang bijak bersila  di hadapan para murid-muridnya, ibarat seorang pinisepuh yang akan memimpim meditasi. Dengan tenang diambilnya sebuah toples kue yang terbuat dari bahan kaca yang bulat. Kemudian dikeluarkannya isi toples yang berupa kue-kue kering ala jajanan idhul fitri, lalu ia memasukkan ke dalam toples tersebut beberapa ball bekkel sampai penuh. Ia lalu bertanya kepada para murid-muridnya apakah toples ini telah terisi penuh??. Para murid mengagguk setuju melihat kondisi toples kue tadi yang telah diisi penuh dengan butiran ball bekkel. Sang guru Kaweruh Jendra Hayuningrat kemudian mengambil batu-batu kerikil dalam berbagai ukuran kemudian mengisinya ke dalam toples kue tadi yang sudah penuh dengan ball bekkel. Lalu beliu kembali bertanya, apakah toples ini telah penuh??. Para murid sedikit agak malu akan jawaban mereka yang pertama, kembali mengangguk dan menyetujui, secara kasat mata bahwa toples itu telah penuh. Kembali sang guru lantaran tadi mengambil sekantung pasir dan menumpahkannya ke dalam oples tersebut sampai terisi penuh. Dengan tanpa ekspresi ia menanyakan pertanyaan yang sama seperti pada awal demonstrasinya. Kali ini para murid mulai tertawa mengingat keluguan. Maka mereka dengan lantang berkata, "Kali ini sudah penuh guru." Sang guru kemudian mengambil dua cangkir kopi dan menuangkannya ke dalam toples itu tadi, apa yang terjadi? Ternyata ada keanehan, anehnya yaitu masih ada ruang dalam toples yang sudah penuh dengan isi itu, ada ball bekkel, batu kerikil dan pasir yang memadati seluruh isi ruang toples itu. 

Guru itu lalu berkata, "Toples ini melambangkan hidup kalian, ball bekkel yang pertama kali saya masukkan adalah prioritas terpenting dalam hidup kalian, seperti suami, istri, anak-anak, orang tua kandung dan kesehatan kalian. Ketahuilah semua pioritas yang baru saja saya sebutkan adalah hal yang sangat penting dalam hidup kalian, sebab kendatipun semua hal dalam hidup kalian hilang, hidup kalian masih tetap utuh asalkan pioritas pertama masih ada disekitar kalian. 

Lalu Batu-batu kerikil adalah prioritas kedua yang juga terhitung penting, seperti pekerjaan, rumah, jabatan dan alat transportasi kalian. Kemudian Pasir melambangkan semua hal-hal yang sepele dalam hidup kalian, yang kalaupun hilang kalian dapat mencarikan gantinya.

Namun, jika kalian balik cara mengisikannya kedalam toples tersebut, misalkan menaruh pasir terlebih dahulu ke dalam toples, maka saat toples itu menjadi penuh dengan butiran pasir, tentu tidak ada lagi ruang untuk batu-batu kerikil dan ball bekkel.

Tiba-tiba seorang murid menyeletuk, "Guru, bagaimana dengan dua cangkir kopi tadi?, melambangkan apa dalam hidup kami guru???". Sambil tersenyum sang guru itu berkata, "ketahuilah wahai murid-muridku, seberapa pun padatnya jadwal yang kalian buat dalam menggunakan waktu untuk memenuhi kebutuhan pioritas hidup kalian, kalian ternyata masih ada waktu untuk bercengkeramah dengan beberapa orang teman, handaitaulan ataupun murid kita sendiri”. Lanjut sang Guru, “oleh karena itu, selagi gurumu masih ada bersama-sama dengan kamu, sebaiknya manfaatkan waktu gurumu untuk mengajarkan kepadamu hal-hal yang tidak pernah diajarkan oleh orang-orang di sekitarmu”.

Seorang jawara dikenal atas apa yang dia telah selesaikan dalam sebuah pertandingan,  bukan dari apa yang telah dia mulai.
         
Penulis mengucapkan selamat kepada semua siswa Jendra Hayuningrat yang sudah berhasil memetik ilmu alm bp Triyoso Sembodo, terutama di saat-saat beliu menerima sasmita-jati (tanda-tanda akan berpulang). Karena yang disampaikan adalah puncak Kaweruh Jendra Hayuningrat.
Salam Rahayu...!

5 komentar:

Unknown mengatakan...

Selamat Jalan Sahabat, Bapak, Guru lantaranku, Bpk Triyoso Sembodo yang kucintai, kuhormati yang selalu berbicara apa adanya; yang benar ya benar, yang salah ya salah. Juga pribadi yang setia dan bertanggung jawab atas titah yang diembannya.
Pesan terakhir kepadaku: "Yo ditata maneh uripe!"

Unknown mengatakan...

Benar bahwa waktu begitu singkat. 2006 bertemu dan 2013 berpisah. Namun singkatnya waktu tidak bisa menggantikan banyaknya tema percakapan bersamanya. Tidak bisa menggantikan indahnya suasana persaudaraan, persahabatan dan kekeluargaan. Tidak bisa menggantikan kesederhanaan dalam kebesaran wibawa yang dimilikinya.
Selamat jalan Pak Dodot. Selamat jalan Bapak Triyoso Sembodo.

Unknown mengatakan...

Benar bahwa waktu begitu singkat. 2006 bertemu dan 2013 berpisah. Namun singkatnya waktu tidak bisa menggantikan banyaknya tema percakapan bersamanya. Tidak bisa menggantikan indahnya suasana persaudaraan, persahabatan dan kekeluargaan. Tidak bisa menggantikan kesederhanaan dalam kebesaran wibawa yang dimilikinya.
Selamat jalan Pak Dodot. Selamat jalan Bapak Triyoso Sembodo.

Unknown mengatakan...

Benar bahwa waktu begitu singkat. 2006 bertemu dan 2013 berpisah. Namun singkatnya waktu tidak bisa menggantikan banyaknya tema percakapan bersamanya. Tidak bisa menggantikan indahnya suasana persaudaraan, persahabatan dan kekeluargaan. Tidak bisa menggantikan kesederhanaan dalam kebesaran wibawa yang dimilikinya.
Selamat jalan Pak Dodot. Selamat jalan Bapak Triyoso Sembodo.

Anonim mengatakan...

matur sembah nuwun dumateng wejanganipun kagem laku urip ing alam donya........