Senin, 17 Juni 2013

Ilmu Kepemimpinan Jawa Kuno

Hasta Brata merupakan ilmu kepemimpinan Jawa kuno yang digunakan oleh para Raja Raja Jawa untuk memimpin rakyatnya konon katanya siapa pun orang yang memiliki ilmu Hasta Brata ini mampu meluluhkan hati orang sehinga orang yang memiliki ilmu ini semua printah dan keinginanya akan dikabulkan siapa saja. 
Berikut setidaknya ada 5 misteri seputar ilmu Hasta Brata yang menarik untuk disimak:
Ilmu Hasta Brata memiliki 8 karakter yang harus di jalani untuk mendapatkan kesempurnaan dalam memimpin. Hasta Brata dapat diartikan menjadi; Hasta berarti delapan dan Brata berarti laku atau jalan spiritual. Delapan jalan menuju kesempurnan ini antara lain bumi, langit, angin, samudera, rembulan, matahari, api, dan bintang nah jika sorang yang menjalani ilmu ini sudah berhasil menyempurnakan 8 jalan ini maka ia akan menjadi pemimpin paling disegani.
Dalam cerita perwayangan juga diceritakan kisah ilmu Hasta Brata ilmu ini disebut dalam cerita sebagai “Wahyu Makutha Rama” yang dimiliki oleh dua orang raja titisan dari Dewa Wisnu, yaitu Sri Rama Wijaya yang merupakan raja dari Kerajaan Ayodya, dan Sri Bathara Kresna yang merupakan raja dari Kerajaan Dwarawati.
Kuno Ilmu Hasta Brata identik dengan budaya Jawa Kuno karena ilmu ini memang digunakan banyak orang jawa pada jaman dahulau. Bahkan Trilogi kepemimpinan dari Ki Hajar Dewantara yang berbunyi : “Ing Ngarso Sungtulodo, Ing Madyo Mangunkarso dan Tut Wuri Handayani” ; juga bersumber dari ilmu Hasta Brata tersebut.
 4. Soekarno 
Presiden Pertama Indonesia Soekaro juga diperkirakan memiliki ilmu Hasta Brata sehinga ia memiliki kewibawaan yang tingi dan disegani oleh lawan politik dan ditakuti pemimpin dunia lainya. Untuk mendapatkan ilmu Hasta Brata tersebut, dipercaya harus melakukan ritual macapatan dari sesudah maghrib hingga dini hari. Dalam ritual macapatan tersebut, harus melantunkan tembang seperti Mijil, Sinom, Kinanti, Asmaradana, Dandanggula, Pangkur, Durma, Pocung, Gambuh, Megatruh, dan Maskumambang. Dalam tembang-tembang tersebut, terdapat nilai-nilai luhur tentang kepemimpinan Jawa Kuno.
Eyang Subur yang lagi heboh heboh di TV ini menurut penerawangan beberapa guru Jendro memiliki ilmu Hasta Brata sehingga memiliki banyak Istri dan istri istrinya sangat loyal dan tidak mau dicerai. Menurut Admojo Sastro Wardoyo salah seorang guru Jendro yang tinggal dekat dengan kediaman Eyang Suber, ritual untuk menguasai Hasta Brata bisa dilakukan hingga berbulan-bulan; untuk menyatukan diri dengan alam. Keberhasilan menguasai ilmu ini didasarkan pada karakter positif manusia itu sendiri. Mau belajar ilmu ini???? Call aja penulis. Salam Kejawen _()_ Rahayu

Sabtu, 15 Juni 2013

Sepintas tentang Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit Selayang Pandang
Sejarah Kerajaan masa Hindu Budha di daerah Jawa Timur dapat dibagi menjadi 3 periode. Periode Pertama adalah raja-raja dan Kerajaan Kediri yang memermtah sejak abad ke 10 M hingga tahun 1222 M. Periode Kedua dilanjutkan oleh pemerintahan raja-raja dan masa Singosari yang memerintah dan tahun 1222 M hingga tahun 1293 M. Periode Ketiga adalah masa pemerintahan raja-raja Majapahit yang berlangsung dan tahun 1293 M hmgga awal abad ke 6 M.

Pendiri kerajaan Majapahit adalah Raden Wijaya. Ia merupakan raja pertama Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Pada awalnya, pusat pemerintahan kerajaan Majapahit berada di daerah Hutan Tarik. Karena di wilayah tersebut banyak ditemui pohon maja yang buahnya terasa pahit, maka kerajaan Raden Wijaya kemudian dinamakan Majapahit. Raden Wijaya memerintah dan tahun 1293 M hingga 1309 M.

Tampuk pemerintahan kemudian digantikan oleh Kaligemet yang merupakan putra Raden Wijaya dengan Parameswari. Pada saat itu, usia Kaligemet masih relatif muda. Ia kemudian bergelar Jayanegara. Pada masa pemerintahannya, banyak terjadi pemberontakan. Pada akhirnya pada tahun 1328 M Jayanegara terbunuh oleh tabib pribadinya yang bemama Tanca. Roda kekuasaan kemudian diambil alih oleh Raja Patni kemudian mengundurkan diri sebagai raja dan menjadi pendeta Budha. Tampuk pemerintahan kernudian diserahkan ke anaknya yang bernama Tribhuana Wijayatunggadewi. Dalam menjalankan pemerintahannya, ia dibantu oleh patih Gajah Mada.

Majapahit kemudian tumbuh menjadi negara yang besar dan termashyur baik di Kepulauan Nusantara maupun luar negeri. Pada tahui 1350 M, Tribuana Tunggadewi kemudian mengundurkan diri. Tampuk kekuasaan kemudian dilanjutkan oleh anaknya yang bemama Hayam Wuruk. Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit kemudian mencapai masa keemasan hingga patih Gajah Mada meninggal pada tahun 1365 M. Terlebih ketika Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389, negara Majapahit mengalami kegoncangan akibat konflik saudara yang saling berebut kekuasaan.

Pengganti Hayam Wuruk adalah putrinya yang bernama Kusumawardhani yang menikah dengan Wikramawardhana. Sementara itu, Wirabhumi yaitu putra Hayam Wuruk dan selir menuntut juga tahta kerajaan. Untuk mengatasi konflik tersebut, Majapahit kemudian dibagi menjadi dua bagian, yaitu wilayah timur dikuasai oleh Wirabhumi dan wilayah Barat diperintah oleh Wikramawardhana bersama Kusumawardhani. Namun ketegangan di antara keduanya masih berlanjut hingga kemudian terjadi perang saudara yang disebut dengan “Paragreg” yang berlangsung dan tahun 1403 hingga 1406 M. Perang tersebut dimenangkan oleh Wikramawardhana yang kemudian menyatukan kembali wilayah Majapahit. Ia kemudian memerintah hingga tahun 1429M.

Wikramawardhana kemudian diganti oleh putrinya yang bernama Suhita yang memerintah dari tahun 1429 hingga 1447M. Suhita adalah anak kedua Wikramawardhana dan selir. Selir tersebut merupakan putri Wirabhumi. Diharapkan dengan diangkatnya Suhita menjadi raja akan meredakan persengketaan.

Ketika Suhita wafat, tampuk kekuasaan kemudian digantikan oleh Kertawijaya yang merupakan putra Wikramawardhana. Pemerintahannya berlangsung singkat hingga tahun 1451 M. Sepeninggalnya Kertawijaya, Bhre Pamotan kemudian menjadi raja dengan gelar Sri Raja Sawardhana dan berkedudukan di Kahuripan. Masa pemerintahannya sangat singkat hingga tahun 1453 M. Kemudian selama tiga tahun Majapahit mengalami “Interregnum” yang mengakibatkan lemahnya pemerintahan baik di pusat maupun di daerah. Pada tahun 1456 M, Bhre Wengker kemudian tampil memegang pemerintahan. Ia adalah putra Raja Kertawijaya. Pada tahun 1466, ia meninggal dan kemudian digantikan oleh Bhre Pandan Salas yang bergelar Singhawikramawardhana. Namun pada tahun 1468, Kertabumi menyatakan dirinya sebagai penguasa Majahit yang memerintah di Tumapel, sedangkan Singhawikramawardhana digantikan oleh putranya yang bemama Rana Wijaya yang memerintah dari tahun 1447 hingga 1519 M. Pada tahun 1478 M ia mengadakan serangan terhadap Kertabumi dan berhasil mempersatukan kembali kerajaan Majapahit yang terpecah-pecah karena perang saudara. Rana Wijaya bergelar Grindrawardana.

Kondisi kerajaan Majapahit yang telah rapuh dari dalam dan disertai munculnya perkembangan baru pengaruh Islam di daerah pesisir utara Jawa, pada akhirnya menyebabkan kekuasaan Majapahit tidak dapat dipertahankan lagi.

Perekonomian Masa MajapahitTidak diragukan lagi bahwa salah satu faktor yang mendorong kebesaran Majapahit adalah tumbuhnya perekonomian yang berbasis pada sektor pertanian yang produktif. Kondisi geografis daerah Trowulan yang terletak di pedalaman tidak hanya memiliki kesesuaian sebagai sebuah perkotaan, tetapi juga mengindikasikan sebagai sebuah perkotaan agraris. Untuk. mendukung pertanian, dibangun pula beberapa infrastruktur untuk mengelola air di kawasan ini.
Berdasarkan bukti-bukti sejarah dan arkeologis dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan ekonomi Majapahit didorong oleh kegiatan dan terbentuknya jejaring perniagaan baik lokal maupun regional. Dalam Ying-yai Sheng-lan disebut beberapa kota pelabuhan yang berada di bawah kekuasaan Majapahit yaitu Tuban, Gresik, dan Surabaya. Pelabuhan tersebut telah dikunjungi pedagang asing dari Arab Persia, Turki, India, dan Cina. Pedagang Majapahit tidak hanya terbatas melakukan perdagangan di wilayahnya. Mereka juga pergi ke pulau-pulau lain seperti : Banda, Ternate, Ambon, Banjarmasin, Malaka, hingga ke kepulauan Philippina. Beberapa daerah tersebut tercatat dalam Kitab Negarakertagama dan termasuk kategori negeri yang menyerahkan upeti dalam sistem pertukaran Tributari. Pedagang Majapahit membawa beras dan hasil bumi yang dipertukarkan dengan barang lain seperti keramik, tekstil, dan rempah rempah. 

Bukti clan kegiatan perekonomian Majapahit tersebut dapat diamati dengan ditemukannya beberapa tinggalan arkeologis yang berasal dari luar seperti keramik porselin Cina, yang sebagian besar berasal dari dinasti Song. Selain itu, ditemukan juga keramik Vietnam dan Keramik Thailand. Sepertinya, barang-barang tersebut termasuk yang digemari orang Majapahit.

Selain pertukaran barang (sistem Tributari), mata uang juga telah digunakan dalam transaksi jual beli. Jenis mata uang ini antara lain uang lokal seperti uang gobog, dan uang Ma dari perak atau emas. Kepeng Cina dari dinasti Tang, Song, Ming dan Qing juga berlaku di Majapahit. Dalam transaksi jual beli, alat satuan ukur seperti timbangan dan terakota dari batu juga telah dikenal.

Religi dan Kesusastraan
Kehidupan religius pada masa Majapahit telah memberikan andil yang besar dalam perkembangan peradaban manusia Majapahit. Semuanya itu terekam dan tersurat dalam karya-karya sastra yang sangat indah dan bermutu di antaranya seperti Kakawin Negarakertagama, Arjunawiwaha, Sutasoma, Lubdhaka, Writasanaya, dan Kunjarakama.

Dalam Negarakertagama, Prapanca menuliskan bahwa terdapat 3 pejabat pemerintahan yang mengurusi agama yaitu Dharmadhyaksa Kasewan untuk agama Siwa, Dharmadhyaksa Kasogatan untuk agama Budha, dan Menteni Herhaji untuk aliran Karsyan. Pejabat-pejabat ini dibantu oleh Dharma-Upapati yang mengurusi sekte-sekte seperti Sivasiddhanta, dan Bhairawapaksa.

Kehidupan religius Majapahit mencapai tahap perkembangan yang belum pernah terjadi pada masa-masa sebelumnya, yaitu adanya penyatuan antara agama Siwa-Budha. Pertemuan lintas agama tersebut terjadi pada tataran kebenaran tertinggi, tetapi dalam praktek ritual ibadah keduanya tetap terpisah. Paham raja sebagai titisan dewa yang dianut kerajaan dimanifestasikan dalam pembuatan arca perwujudan dari raja-raja yang telah wafat yang didharmakan dalam sebuah percandian.

Di Kerajaan Majapahit juga berkembang agama Karesian yang dikembangkan dalam sekolah yang dipimpin para pendeta (rsi). Dasar ajarannya adalah sekte Sivasiddhanta, di mana meditasi dipandang sebagai cara untuk mencapai realitas yang absolut. Ajarannya berkembang dalam masyarakat dan bercampur dengan kepercayaan tradisioital yang asli. Ritusnya diwujudkan sebagai perjalanan menuju tingkat-tingkat kesempurnaan hidup.

Mereka mengisolasi diri di gunung-gunung dan tempat sunyi sebagai rangkaian pengajaran. Meditasi dilakukan di berbagai pertapaan antara lain Gunung Penanggungan, gunung Arjuna dan Sukuh. Kehadiran Islam mewarnai ragam agama yang berkembang di Majapahit. Tidak kurang dari 30 nisan ditemukan di komplek kuburan Troloyo dan sekitarnya. Sebagian besar nisan memuat tanggal antara rentang waktu 1356-1475 M. Dengan demikian, kita dapat mengartikan bahwa agama Islam telah ada ketika Majapahit berada di puncak kejayaan pada masa Hayam Wuruk. Majapahit telah menunjukkan sebagai negara yang terbuka, multikultur, dan masyarakat hidup dengan berbagai aliran keagamaan secara berdampingan.

Teknologi dan Kesenian Masa Majapahit
Keagungan karya arsitektur masa Majapahit yang dapat disaksikan kini tidak lain merupakan cerminan dan kemampuan mewujudkan simbol dan spirit religius dewa-raja melalui perpaduan keunggulan teknologi rancang bangun dan kesenin. Sosoknya hadir dalam percandian yang dipersembahkan sebagai pendharmaan bagi raja, titisan Sang Dewa, yang mangkat.

Kitab Negarakertagama menyebutkan 27 buah percandian, tetapi hanya beberapa diantaranya yang masih dapat kita kenali saat ini seperti Candi Singosari, Candi Kidal, Candi Jago, Candi Jawi, Candi Simping dan Bhayalango. Ciri yang menyertai percandian Majapahit adalah kaki candi yang tinggi bertingkat dengan tubuh candi dibalut bingkai melingkar, dan atap candi yang tinggi menyita pandangan. Kita juga mengenal arsitektur Majapahit dan bangunan Profan (bukan bersifat religius) seperti gapura, pertirtaan dan kolam.
Potret arsitektur perkotaan Majapahit selintas tergambar dan sebuah kesaksian musafir Cina Ma Huan, si penulis Kitab Ying-Yai Sheng-Lan. Majapahit atau Man-Che-Po-i digambarkan sebagai tempat tinggal raja yang dikelilingi tembok bata. Keraton tampak seperti rumah bertingkat dan atapnya terbuat dari kayu tipis yang disusun seperti ubin keramik (sirap). Lantainya terbuat dari papan yang ditutupi anyaman tikar pandan atau rotan. Rumah penduduk biasa umumnya beratap jerami. Mereka memiliki peti dari batu yang dipakai untuk menyimpan harta milik.

Berdasarkan berbagai sumber seperti relief candi di Jawa Timur dan miniatur rumah terakota, maka dapat diperkirakan bentuk arsitektur bangunan tinggal pada masa Majapahit. Pada masa awal diperkirakan konstruksi bangunan terbuat dari kayu yang berdiri di atas batur.

Di dalam rumah tersebut belum terdapat pembatas ruangan secara permanen Penutup atapnya genteng. Bangunan seperti ini mungkin digunakan sebagai pendopo atau bale, tempat istirahat, dan tidur. Pada masa akhir Majapahit, rumah tinggal sudah memiliki pembatas.

Berdasarkan berbagai sumber tertulis didapatkan pula gambaran mengenai tata ruang perkotaan Majapahit. Kota Majapahit berorientasi ke utara. Semua bagian penting berada di utara termasuk keraton. Pemukiman rakyat berada di sebelah selatan. Pola kota terbagi menjadi 9 zona yang dibatasi oleh jalan-jalan yang berpotongan. Tempat tinggal raja terletak di tengah, sedangkan bangunan suci berada di sebelah barat daya kota.

Namun demikian, hanya dengan pengujian arkeologis kita dapat memastikan apakah pola seperti mi yang digunakan pada masa Majapahit. Di Situs Trowulan ditemukan pula jenis-jenis barang yang terbuat dan lempung bakar atau terakota dalam jumlah yang sangat melimpah. Dapat disimpulkan bahwa ketika itu terakota sangat berperan dalam kehidupan penduduk kota. Terakota Majapahit dan Situs Trowulan amat kaya ragamnya, di antaranya seperti unsur bangunan (bata, genteng, jobong sumur, pipa saluran), wadah (periuk, pasu, kendi, tempayan, boneka, vas bunga), ritus religi (sesaji, meterai), dan alat kebutuhan praktis lainnya seperti timbangan, dan lampu (clupak). Sebagian besar terakota ini diduga merupakan buatan setempat karena ditemukan alat produksinya yang berupa pelandas. Selain terakota, di Situs Trowulan banyak ditemukan juga berbagai benda yang terbuat dari bahan logam dan batu seperti genta, guci amerta dan arca, yang telah memiliki nilai seni yang cukup tinggi.

Peraturan Pada Masa Majapahit
Untuk mengatur ehidupan rakyatnya, kerajaan Majapahit telah memiliki sejumlah peraturan yang terkumpul dalam kitab perundangundangan. Kitab tersebut berisi baik tentang hukum idana maupun hukum perdata. Peraturan tersebut berlaku bagi setiap orang. Hal ini dapat dilihat dari pasal 6 Kitab Agama yang berbunyi “Hamba raja mesti ia mentri sekalipun jika menjalankan dusta, corah dan tatayi akan dikenakan pidana pati”. Selain itu, menurut kitab perundang-undangan Majapahit pasal 259 dan 261 berbunyi” barang siapa menelantarkan sawah dan ternaknya akan dikenakan denda atau diperlakukan sebagai pencuri dan dikenakan pidana mati”. Latar belakang peraturan ini kemungkinan disebabkan karena Hayam Wuruk sadar bahwa penggarapan sawah dan pemeliharaan ternak yang baik dapat mempengaruhi perekonomian rakyat dan negara.

Struktur Pemerintahan
Sebagai kerajaan yang besar, Majapahit mempunyai aparat pemerintahan yang lengkap. Raja mempunyai banyak pembantu sebagai pelaksana. Hierarkhi pemerintahan kerajaan Majapahit adalah sebagai berikut:

1. Raja; merupakan pemegang pucuk pimpinan kerajaan.
2. Tuwaraja/Kumararaja; jabatan yang diduduki oleh putra/putri raja.
3. Rakyan Mahamantri Katrini; dewan yang bertugas melaksanakan politik negara.
4. Rakyan Mahamantri ri Pakirankiran; dewan ini juga melaksanakan politik negara.
5. Dharmadyaksa; merupakan kepala bidang agama.
6. Dharmopapati; merupakan dewan yang juga mengurusi keagamaan.

Selasa, 11 Juni 2013

Rencana Membuka Rumah Makan Padang



( Jawaban atas pertanyaan lewat Email dari pemerhati Kaweruh Jendro Hayuningrat )

Salam Rahayu.....!
Dalam membimbing siswanya, kaweruh Jendra Hayuningrat bukan hanya mengajarkan meditasi saja, akan tetapi juga di ajarkan bagaimana memberdayakan meditasi itu sebagai bentuk pertolongan bagi orang lain.

Membuka bidang usaha baru termasuk salah satu cara membentuk seorang siswa Jendra Hayuningrat telah menjadi berkat atas hidup orang lain, mengenai rinciannya bahwa ini halal atau haram, sudah tentu tidak bisa dibahas dalam forum terbuka ini, karena akan mengundang kontrofersi serta hilangnya simpati para pemerhati Kaweruh Jendra Hayuninngrat.

Semoga tulisan yang tidak seberapa berarti ini bisa menjadi manfaat bagi pemerhati, simpatisan bahkan siswa Jendra sendiri yang tinggal jauh dari padepokan.

Dalam kesempatan ini, penulis sengaja mengambil contoh dari sebuah peristiwa, dimana suatu hari datang seseorang kepadepokan Puri Asih. Adapun maksud dan kedatangannya ingin membuka sebuah bidang usaha yang dapat menjadi berkat atas hidup orang lain dan tetunya juga untuk menambah sumber penghasilannya. Setelah melewati berbagai pertanyaan, penulis menyarankan untuk membuka usaha Rumah Makan Padang.

Rumah makan Padang adalah salah satu jenis restoran yang menyediakan menu yang spesifik dan khas, karena hanya menjual masakan Padang. Namun walaupun sangat spesifik, rasa masakan Padang sangat cocok dengan rata-rata selera lidah orang Indonesia. Selain rasanya enak, beberapa jenis masakannya juga terkenal awet sehingga menghemat bahan baku dan waktu memasak.

Berbagai bahan makanan yang diperlukan untuk membuat masakan Padang juga sangat mudah ditemukan di sini dengan harga murah. Dengan berbagai keunggulan ini, tidak heran banyak orang yang tertarik membuka rumah makan Padang. Hal ini membuat usaha rumah makan Padang ketat dengan persaingan. Oleh karena itu, selain persyaratan spirit dan ritual ( Spiritual ), juga perlu adanya suatu rencana bisnis yang matang dalam memulai usaha Rumah Makan Padang ini, antara lain :

1. Bukalah usaha ini di tempat yang strategis, banyak orang lalu-lalang, di pinggir jalan raya yang cukup banyak kendaraan yang lewat. Tempatnya tidak perlu terlalu besar dulu, sesuaikan dengan modal dan toleransi Anda menghadapi resiko usaha. Cukup kecil-kecilan saja dulu, misalnya hanya dengan ukuran 3x7 m atau 3x5 meter pun masih bisa (sedikit tempat parkir penting juga). Jangan lupa memberi nama yang mudah dikenal dan mudah diingat banyak orang pada usaha Rumah Makan Padang Anda.

2. Usaha dalam bidang masakan apalagi masakan Padang sangat sensitif terhadap rasa, karena itu sangat penting sekali adanya tukang masakan yang betul-betul ahli di bidangnya. Jual-lah masakan yang terbaik dan bermutu tinggi. Jangan coba-coba membuka rumah makan jika tidak ada juru masak yang hebat masakannya. Sebaiknya Anda lakukan beberapa kali percobaan tentang enak tidaknya masakan yang akan dijual dengan melibatkan beberapa orang sebagai "konsumen". Khususnya konsumen pendatang yang berasal dari kota masakan anda berasal, setelah mereka semua menyatakan enak, Anda baru boleh membukanya.

3. Sebaiknya Anda juga mengurus izin usahanya. Bisa izin usaha dari RT/RW atau keamanan setempat. Namun secara prinsip, yang saya maksudkan adalah berbadan hukum, yaitu dengan akte notaris. Hal ini sangat diperlukan bila usaha Anda di pinggir jalan raya, dan melibatkan beberapa pekerja.

Tidak perlu mendirikan PT/ CV, misalnya cukup status UD (Usaha Dagang) milik perseorangan, yaitu Anda, yang disahkan oleh notaris. Kemudian perizinan lain seperti NPWP. Namun jangan sampai izin usaha ini justru menghalangi niat Anda mendirikan usaha. Toh bisa bertahap : izin RT dulu, sambil jalan, usaha makin ramai makin laris, izin usaha makin dilengkapi. Seperti HO, Hak Paten Nama, status tempat usaha ( hak milik, Sewa, HGB ataupun pinjam pakai dengan waktu tertentu )

4. Persiapan selanjutnya adalah mencari/menyediakan modal ( uang modal ). Kebetulan sekali Anda sudah mempunyai modal yang berasal dari modal patungan bersama kakak dan mertua, sehingga berikutnya adalah tinggal membagi porsi kepemilikan usaha. Jangan lupa ditekankan bahwa yang dibagi tidak hanya keuntungan, tetapi juga kerugian. Jika semua pihak yang menyetor modal juga aktif berpartisipasi dalam menjalankan usaha, maka untung rugi perusahaan dibagi berdasarkan besar kecilnya modal.

Misal total modal Rp 10 juta. Anda menyumbang Rp 4 juta, kakak Rp 3 juta dan mertua Rp 3 juta. Maka porsi pembagian keuntungan adalah Anda mendapat 40% : Kakak 30% : mertua 30%. Namun mungkin Anda perlu pertimbangkan karena memakai halaman rumah mertua, maka bisa diberikan porsi yang lebih besar dibandingkan kepada kakak Anda.

5. Mengenai masalah perhitungan biaya usaha, maka bisa diatur sebagai berikut :

A. Modal awal mendirikan usaha seperti, mendirikan bangunan, membeli peralatan masak, peralatan makan, dan perizinan

B. Modal pembelian persediaan bahan baku seperti bahan masakan (daging, beras, bumbu, sayur, dll), dan juga minuman

C. Modal operasional seperti gaji karyawan (jika ada) listrik, gas, telpon, dll. Khusus untuk modal pembelian bahan baku dan modal operasional, sebaiknya disiapkan untuk minimal 3 bulan ke depan, agar usaha tetap dapat berjalan selama 3 bulan pertama dan belum menghasilkan keuntungan.

Selamat membuka usaha rumah makan Padang, Berkah Meditasi Jendro Menyertai anda sekalian. Salam Rahayu......!