Minggu, 16 Februari 2014

LEGENDA GUNUNG KELUD


Gunung Kelud terbentuk karena pengkhianatan cinta Putri Jenggala, Dewi Kilisuci, terhadap Mahesa Suro dan Lembu Suro. Dewi Kilisuci yang cantik jelita dilamar oleh kedua raja sakti dari bangsa siluman berkepala sapi (lembu) dan berkepala kerbau.




 
Namun untuk menolak secara langsung, sang putri tidak tega. Oleh karena itu Dewi Kilisuci membuat sayembara yang tidak mungkin dipenuhi. Sayembara itu adalah membuat dua sumur di atas puncak Gunung Kelud. Bukan sumur biasa, karena satu sumur harus berbau amis dan satu lainnya berbau wangi. Lebih gila lagi, pekerjaan tersebut harus selesai dalam satu malam, dari matahari terbenam hingga ayam berkokok.

Merasa yakin dengan kesaktiannya, Mahesa Suro dan Lembu Suro sanggup menyelesaikan tugas tersebut. Dalam waktu semalam, keduanya berhasil memenuhi syarat yang diajukan sang putri. Namun Dewi Kilisuci tidak langsung menerima lamaran dua bersaudara tersebut.

Dia kembali mengajukan satu permintaan, yaitu Lembu Sura dan Mahesa Suro harus membuktikan bahwa kedua sumur tersebut benar benar wangi dan amis dengan cara harus masuk ke dalam sumur. Dewi Kilisuci berjanji saat keduanya masuk sumur, dia akan menyiapkan pesta pernikahan yang mewah.

Terpesona dengan iming-iming sang putrid, Lembu Suro dan Mahesa Suro pun masuk ke dalam sumur yang sangat dalam itu. Begitu keduanya sampai di dasar sumur, Dewi Kilisuci segera memerintahkan prajurit Jenggala untuk menimbun sumur dengan batu. Mahesa Suro dan Lembu Suro pun mati di dasar sumur.

Namun, sebelum mati Lembu Suro bersumpah suatu saat nanti dia akan membalas perlakuan itu. Dia akan keluar menyebarkan batu dan api, sehingga Kediri akan menjadi sungai, Blitar menjadi daratan, dan Tulungagung menjadi danau.

Untuk menggagalkan sumpah tersebut, masyarakat lereng Gunung Kelud selalu melakukan ritual Larung Sesaji sebagai tolak bala yang digelar setiap tanggal 23 bulan Suro oleh masyarakat Sugih Waras di lereng Gunung Kelud.

Desa ini merupakan pemukiman penduduk yang paling dekat dengan lereng Gunung Kelud. Sejak dahulu, secara turun termurun warga setempat selalu mempersembahkan sesaji di tepi kawah. Tapi, sejak muncul anak gunung di kawah, ritual Larung Sesaji dipindah ke kaki anak gunung.

Syarat utama larung tersebut adalah cok bakal dan jenang sengkala. Syarat ini pernah dilanggar pada tahun pada 2007. Ketika itu, sesaji larung kurang lengkap. Alhasil, ritual sesaji yang dilakukan itu hampir membawa bencana.

Apalagi ritual dilakukan di bulan Ruwah yang menurut perhitungan Jawa kurang baik untuk larung sesaji. Untuk mencegah kemungkinan buruk dari marahnya Gunung Kelud, masyarakat setempat pun menggelar selamatan lagi.

Terbukti, tahun 2007 Gu­nung Kelud meletus dengan letusan terakhir bersifat efusif (mengalirkan material), berbeda dari latusan sebelumnya yang bersifat eksplosit (menyemburkan material).

Pada letusan tahun 2007 itu, danau kawah Gunung Kelud yang berwarna hijau berubah menjadi kubah lava yang mengalirkan material berwarna hitam dari dalam perut gunung. Ketinggian kubah ketika itu mencapai 250 meter dengan lebar sekitar 400 meter.

Satu hal lagi, Gunung Kelud ternyata juga mempunyai “kebiasaan” unik. Entah kebetulan atau tidak, namun Gunung Kelud selalu meletus pada hari pasaran Wage, yaitu hari keempat dalam kalender Jawa. Lihatlah, letusan kali ini terjadi pada Kamis (13/2) yang menurut penghitungan masyarakat Jawa sudah masuk Jumat Wage.

Keunikan lagi, Kelud biasa meletus pada malam hari. Selain itu, sebelum meletus gunung ini selalu memberi tanda dengan suara gemuruh, seolah mengingatkan warga sekitar gunung untuk menyelamatkan diri. Warga setempat juga sudah hapal jika Gunung Kelud akan meletus biasanya ada dua sorot sinar terang masuk ke kawah. Selain itu akan terlihat pula banyak burung gagak berterbangan di pedesaan.

Lebih unik lagi, angka tahun meletusnya Gunung Kelud ini juga menarik karena selalu mengiringi peristiwa besar yang akan, sedang, dan telah terjadi di Tanah Jawa (Indonesia). Letusan besar pada tahun 1951 misalnya, menandai peristiwa pemberontakan Madiun.

Lalu erupsi tahun 1966 seperti menandai terjadinya G30S/ PKI. Nama Gunung Kelud berasal dari Jarwodhosok, yakni dari kata “ke” (kebak) dan “lud” (ludira). Artinya, jika gunung ini murka akan bisa merenggut banyak korban. Banyak warga setempat yang percaya bahwa kawah Gunung Kelud dijaga sepasang buaya putih. (Dari berbagai sumber).

Kamis, 16 Januari 2014

AJARAN SANG GURU SEJATI SEBAGAI BEKAL MENGHADAPI MASA DEPAN



Tiada terasa perjalanan Puri Asih dalam mengemban, mengimani, mengajarkan dan melestarikan Kaweruh Jendra Hayuningrat. Pada tahun ini telah memasuki gerbang usia satu windu. delapan tahun, usia yang tidak dapat dikatakan muda lagi. Lebih-lebih Kaweruh Jendra Hayuningrat itu sendiri, saat ini sudah memasuki tahun ke 70 dalam ngemong warganya. Kalaupun disamakan dengan usia manusia, maka akan terlihat sosok yang tenang, adil, bijaksana dan berwibawa. Memang tuju dasa warsa tersebut bukan kurun waktu yang pendek untuk turut serta dalam membangun watak budi-luhur umat manusia, terutama di bumi tercinta Indonesia. Banyak hal yang terjadi di Indonesia terutama yang berkaitan dengan semua anak cabang organisasi Kaweruh Jendra Hayuningrat itu sendiri selama ini. Pengalaman selama berpuluh-puluh tahun membuat Kaweruh Jendra Hayuningrat menjadi organisasi yang lebih dewasa dan bijaksana dalam menyikapi setiap perubahan yang terjadi.
Puri Asih sebagai salah satu anak cabang dari perguruan besar Kaweruh Jendra Hayuningrat, yang lahir berdasarkan sabda Sang Guru Sejati pada tanggal Selasa Pon, 31 Januari 2006 atau 1 Sura 1939 Tahun ALIP Windu KUNTARA di kota Jember. Merupakan kancah pendidikan dan pengolahan jiwa menurut ajaran Sang Guru Sejati dengan Budi Siswanto sebagai paranpara Kaweruh Jendra Hayuningrat. Terdapat banyak perkembangan yang cukup signifikan sejak Kaweruh Jendra Hayuningrat lahir hingga kini. Maju mundur dan pasang surutnya keanggotaan sekaligus keaktifan anggota patut dijadikan wacana untuk introspeksi diri (mawas diri) sejauh ini organisasi Kaweruh Jendra Hayuningrat dianggap memberi manfaat untuk warganya dan sekaligus peranannya dalam membangun watak utama masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia tercinta.
Usia Kaweruh Jendra Hayuningrat yang sudah mencapai tujuh puluh tahun sejak Ki Wongsodjono palastra (wafat) bukan berarti anggotanya juga sudah adi yuswa semua. Disini masih ada generasi muda yang dapat melanjutkan tugas mewakili pakaryan agung menyebar-luaskan pepadang ajaran Sang Guru Sejati dengan cara konvensional dan inkonvensional. Meski demikian juga diakui bahwa stok generasi muda yang aktif cukup mendebarkan. Menarik kawula muda menjadi anggota juga bukan hal yang mudah, layaknya semudah membalik telapak tangan. Membuat para senior bertanya-tanya dan sedikit resah, bagaimana untuk selanjutnya, akankah Kaweruh Jendra Hayuningrat organisasi yang dicintai akan hilang digerus zaman? Jangan risau, percayalah selama masih ada kami generasi muda, meski jumlahnya terbatas, pasti Kaweruh Jendra Hayuningrat dapat ber-jaya. Harus optimis!!!!!.
Generasi muda yang tentunya lahir dalam era masa kini, banyak memiliki perbedaan sudut pandang dan kebiasaan dari generasi sebelumnya. Idealisme dan semangat yang berkobar di kalangan kaula-muda terkadang juga menimbulkan kesenjangan antar-generasi, bahkan sedikit hambatan. Hanya ajaran Sang Guru Sejati yang dapat menjembatani perbedaan-perbedaan tersebut. Betapa indah, mulia dan agungnya ajaran Sang Guru Sejati. Meskipun kami generasi muda merupakan generasi yang tidak dapat menyaksikan langsung turunnya sabda dan bertatap-muka secara langsung dengan Ki (Eyang) Wongsodjono, tetapi kami meyakini sabda-sabda Sang Guru Sejati melalui beliau itu nyata benar adanya. Begitu banyak hal yang dapat dirasakan dan sangat diakui bahwa ajaran Sang Guru Sejati sungguh anugerah yang luar biasa dalam hidup ini bila kita sungguh-sungguh menjalankannya. Dengan mempunyai watak Haste Sila (Sadar-Percaya-Taat, Rela-Tawakal-Jujur-Sabar-Budi-luhur) hidup lebih tenang, damai, ayem, tentrem. Masalah yang dihadapi meski berat, tapi dapat terasa se-ringan bulu angsa. Setiap mata uji yang dihadapi selalu mendapat uluran kasih Tuhan Yang Maha Esa, sehingga dapat terselesaikan dengan baik (mendapat kemudahan atau anom). Dengan menjalankan ajaran Rahayu dan menjauhi Paliwara hidup lebih ter-arah dan dapat menuntun setiap langkah hidup kita ke jalan yang benar, dan mempertebal keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan. Sungguh bukti nyata bahwa ajaran Sang Guru Sejati itu benar dan dapat menjadi bekal dalam menghadapi masa depan.
Perkembangan zaman di masa kini dan yang akan datang yang begitu cepat, juga memiliki imbas dalam berbagai sektor kehidupan. Tak jarang manusiapun dibuat cukup shock dengan berbagai perubahan yang terjadi. Keadaan ekonomi dan politik yang tidak pernah stabil di negara kita selalu diikuti dampak yang sangat memprihatinkan. PHK massal, pertikaian antar-kepentingan dan golongan sangat sering terjadi, meningkatkan keresahan dan kejahatan yang terjadi di masyarakat. Persatuan, kesatuan dan stabilitas keamanan negara Indonesia pun terancam. Di sinilah peran ajaran Sang Guru Sejati untuk menjaga stabilitas jiwa manusia Indonesia. Sebagai manusia biasa, anggota Kaweruh Jendra Hayuningrat juga sering mendapatkan masalah, namun dengan berusaha menjalankan ajaran Sang Guru Sejati di kehidupan sehari-hari, maka akan lebih membuat jiwa kita tegar. Hati akan tetap tenang, tidak ikut larut dengan perubahan-perubahan yang terjadi, yang seringkali menciptakan kecemasan dalam menjalani hidup. Senantiasa Sadar kepada Tuhan YME dengan memperkuat rasa bakti melalui panembah/sembahyang dan selalu Percaya bahwa kita ada di dalam kekuasaan Tuhan. Apapun yang kita dapatkan, kita alami, semuanya adalah terbaik bagi kita. Apabila kita selalu berusaha Taat menjalankan ajaran Sang Guru Sejati dalam kehidupan sehari-hari, maka kita tidak mungkin melanggar ajaran-Nya. Kita tidak akan melanggar peraturan negara, tidak bertengkar, selalu berusaha menciptakan suasana kasih sayang dalam kehidupan sehari-hari dimanapun dan dengan siapapun. Kita tidak akan ikut-ikutan akrab dengan narkotika, kehidupan seks bebas, juga mendatangi paranormal yang banyak menawarkan “solusi-solusi” instan yang kerap kali malah membuat kita terperangkap dalam lingkaran setan. Sungguh hanya dengan sekedar taat pada ajaran Sang Guru Sejati, maka hidup kita akan lebih tertib. Tertibnya hidup membuat hati kita jadi tenang dan damai. Berpegang pada ajaran Sang Guru Sejati, menjadikan kita  sebagai insan yang lebih sabar saat menghadapi se-gudang persoalan. Namun, kita juga akan menjadi tegar, ulet dan tidak mudah putus asa untuk menggapai cita-cita hidup. Kita akan selalu berusaha dengan sungguh-sungguh, apapun hasilnya, kita dapat menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan YME. Dengan demikian secara cepat atau lambat kita akan memiliki jiwa yang sehat dan kepribadian yang kuat / tangguh.
Jika semua warga (anggota) Kaweruh Jendra Hayuningrat mampu menerapkan ajaran Sang Guru Sejati dalam kehidupan sehari-hari, maka bukan hal yang tidak mungkin, ia pasti menjadi suri teladan bagi orang-orang di sekitarnya (nabi bagi diri sendiri). Selayaknya cahaya lilin, mereka akan menerangi sekitarnya dengan sinar terang ajaran Sang Guru Sejati. Kendatipun sangat gelap dan curam jalan yang harus ditempuh dan dilewati, dengan cahaya terang tersebut, mampu menerangi jalan kehidupan manusia yang penuh dengan lubang dan batu sandungan. Sehingga kita dapat selamat sampai di akhir tujuan hidup kita (Ngayugyokarto kapindo). Warga Kaweruh Jendra Hayuningrat sebagai siswa Sang Guru Sejati, harus berusaha menjalankan ajaran-Nya, setiap kurun waktu serta turut memayu hayuning bawana dalam menjalankan setiap tugas hidup yang kita dapatkan. Penuh kesabaran dan keikhlasan dalam menjalani hidup, selalu penuh semangat menjalankan tugas-tugas yang didapatkan, senantiasa sopan dan ramah kepada semua orang serta tidak membeda-bedakan orang dalam derajad, suku bangsa dan keyakinan kepada-Nya. Dengan demikian iklim kasih sayang akan terbabar dan menyebar di lingkungan dimana kita berteduh. Hal ini mampu mendorong orang-orang di sekitar kita untuk sama-sama berusaha berbudi pekerti yang baik dari lingkup terkecil yaitu keluarga hingga lingkup lebih besar yaitu masyarakat, jika sudah tiba waktunya, kelak ke tingkat negara dan bahkan seantero dunia.
Inilah peran dan manfaat secara tidak langsung ajaran Sang Guru Sejati untuk memperbaiki dan memperkuat jiwa manusia baik di Indonesia tercinta maupun seluruh umat manusia di dunia. Adapun peran secara langsung bagi masyarakat dapat dirasakan tatkala organisasi Kaweruh Jendra Hayuningrat menggelar berbagai event bakti sosial. Lebih dari itu, wujud nyata para warga Kaweruh Jendra Hayuningrat untuk melaksanakan tugas dalam rangka memayu hayuning bawana, tetap berada dalam koridor jalan yang benar juga menjadi konstribusi positif bagi kemajuan dan perkembangan bangsa dan negara Indonesia agar dapat menjadi bangsa yang lebih beradab dan disegani.
Berbekal ajaran Sang Guru Sejati, kita tidak hanya selamat dalam menjalani hidup di masa kini, tetapi juga hidup kita di masa yang akan datang. Karena apa yang kita lakukan dan kita perbuat di hari ini akan kita tuai hasilnya di masa yang akan datang. Ajaran Sang Guru Sejati yang diturunkan sejak tahun 1944 di Sumber Wadung Bannyuwangi, ternyata tetap relevan di masa kini dan akan tetap menjadi solusi yang tepat dan terbaik untuk menghadapi masa yang akan datang. Meskipun masa yang akan datang penuh dengan cobaan, ujian, perubahan dan tantangan, tapi berbekal Hasta Sila (Sadar-Percaya-Taat, Rela-Tawakal-Jujur-Sabar-Budi-luhur) dan senantiasa berjalan di Jalan Rahayu (Pahugeran, Panembah, Tapa Brata, Budi Darma, Budi-luhur) di setiap langkah hidup kita, maka kita akan tetap selamat dan (bahkan) memiliki watak Budiluhur. Mengenal ajaran Sang Guru Sejati sungguh anugerah yang luar biasa dalam hidup ini. Karena hanya ajaran Sang Guru Sejatilah yang mampu menjadi bekal hidup di masa kini dan yang akan datang bagi setiap insan manusia.
Memiliki budi pekerti yang baik bahkan bersifat budiluhur merupakan harapan setiap manusia. Bahkan manusia selalu berharap hidupnya senantiasa sukses dan bahagia. Namun, ukuran kesuksesan dan kebahagiaan dalam ajaran Sang Guru Sejati tidak dilihat secara materiil dan keduniawian, tetapi dilihat dari segi kejiwaan. Semakin manusia sukses memperbaiki budi pekertinya dan dapat memperoleh ketentraman yang stabil dalam hidupnya, maka is telah menjadi manusia yang sukses dan bahagia.
Oleh karena itu anggota Kaweruh Jendra Hayuningrat juga bukan hanya dari kalangan cendekiawan dan hartawan semata, anggota Kaweruh Jendra Hayuningrat tersebar di seluruh penjuru Indonesia, dan mungkin sebentar lagi di seluruh dunia. Hal ini menjadi bukti bahwa ajaran Sang Guru Sejati dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat, di kota besar sampai di ujung gunung, laki-laki dan perempuan, kaya dan miskin, tua dan muda tanpa ada perbedaan. Karena Sang Guru Sejati senantiasa kasih dan sayang kepada semua umat tanpa membeda-bedakan. Ajaran Sang Guru Sejati yang sederhana dan sangat mendasar bagi manusia akan sangat bermanfaat dalam hidupnya. Ajaran Sang Guru Sejati juga dapat diterima oleh semua umat dan dapat diterima secara ilmiah. Sehingga ajaran Sang Guru Sejati bukan hanya untuk manusia Indonesia tetapi untuk seluruh umat manusia. Ajaran Sang Guru Sejati sungguh menjadi oase dan anugerah bagi seluruh umat manusia.
Anugerah ini semakin lengkap saat Kaweruh Jendra Hayuningrat sebagai kancah pendidikan dan pengolahan jiwa menurut ajaran Sang Guru Sejati mampu eksis hingga enam puluh tahun. Diibaratkan pohon, semakin tua usia suatu pohon, maka akarnya semakin kuat mencengkeram bumf, tajuknya semakin tinggi dan luas meneduhkan siapapun yang sekedar berjalan di dekatnya apalagi bersedia diam sejenak melepas penat di bawah rindangnya pohon. Pasti terasa sejuk dan damai. Bahkan tak jarang burung-burung hinggap dan berkicau merdu sekali, sangat indah dan harmoni. Namun juga perlu diingat, semakin tua suatu pohon maka semakin tinggi pula pohonnya. Semakin tinggi dan besar pohon, maka semakin kencang angin yang menerpa. Begitu pula dengan Kaweruh Jendra Hayuningrat. Di usia yang matang ini dapatlah kiranya mengayomi seluruh anggota yang bernaung di bawahnya. Mampu memberi manfaat nyata bagi anggota dan masyarakat di sekitarnya. Juga siap sedia cekatan dan terampil menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi, baik masalah, tantangan, hambatan dari luar maupun dari dalam. Mau atau tidak, siap maupun tidak, masalah yang muncul akan semakin beragam dan kompleks, sesuai dengan adanya perubahan jaman. Jangan pernah menyerah menghadapi kesulitan-kesulitan yang muncul. Selama kita berpegang teguh melaksanakan ajaran Sang Guru Sejati disertai perasaan mendekat kepada-Nya setiap saat, pasti pertolongan datang di saat yang tepat. Oleh karena itu semangat menyebarluaskan dan memelihara ajaran Sang Guru Sejati harus senantiasa dipupuk, dirawat dan dijaga agar tetap berkobar. Pada setiap masa selalu terdapat hambatan sekaligus peluang yang tedadi. Yang kita perlukan adalah kepekaan untuk merespon secara positif. Oleh karena itu dalam upaya penyebar-luasan dan pemeliharaan pepadang ajaran Sang Guru Sejati seyogyanya ada inovasi-inovasi baru yang lebih tepat sasaran tanpa melanggar AD/ART, ketentuan dan aturan-aturan yang ada. Dengan demikian usaha menyebarluaskan dan memelihara pepadang akan lebih fleksibel, tidak statis dan sesuai dengan perkembangan jaman.
Kaweruh Jendra Hayuningrat sebagai organisasi induk melalui Puri-Puri binaannya yang merupakan organisasi yang lebih modern diharapkan mampu berkembang mengimbangi kemajuan jaman dengan melakukan berbagai upaya untuk lebih membuka diri pada masyarakat sehingga tidak ada kesalah-pahaman yang menganggap ajaran Sang Guru Sejati itu sesat. Keberanian membuka diri dan menunjukkan manfaat Ajaran Sang Guru Sejati di masyarakat akan berdampak positif bagi perkembangan Kaweruh Jendra Hayuningrat it sendiri. Apalagi kalau ada peran aktif Puri-Puri binaan sebagai oranganisasi anak cabang di kegiatan sosial ke-masyarakat-an, terutama di sekitar berdirinya Puri binaan dan tempat tinggal para siswa Jerdra, hal ini akan  terlihat nyata ada manfaatnya. Bukan sekedar promosi secara teori, karena saat ini yang sangat diharapkan dan dihargai masyarakat adalah bukti nyata. Mengingat banyak peristiwa dan bencana yang terjadi di sekitar kita, jika Kaweruh Jendra Hayuningrat melalui Puri-Puri-nya secara aktif mengulurkan tangan mengatasi kesulitan yang dirasakan masyarakat, cepat atau lambat kesan negatif tentang Kaweruh Jendra Hayuningrat akan hilang. Memang istilah tak kenal maka tak sayang ada benarnya. Mulailah berani membuka diri, didukung dengan adanya kepiawaian menjelaskan tentang apa itu Kaweruh Jendra Hayuningrat. Hal initidak perlu menunggu tercapai-nya jumlah 49 orangdengan daupan Punggawa Juru Pamencar kaweruh. Sehingga para siswa dasar saja sudah bisa bertindak menjadi Kader Juru Penabur kaweruh, sehingga kesiswaannya dapat berguna bagi perkembangan dan kelestarian Kaweruh Jendra Hayuningrat. Jangan segan meminta bantuan pada para Punggawa Juru Pamencar kaweruh sebagai siswa inti, untuk menjelaskan lebih dalam tentang Kaweruh Jendra Hayuningrat, pasti para Punggawa Juru Pamencar kaweruh sebagai siswa inti tentu akan menjelaskan dengan senang hati dan tutus. Sebab dengan penjelasan yang memuaskan mengenai Kaweruh Jendra Hayuningrat bukan-lahhal yang mustahil menjadikan ajaran Sang Guru Sejati akan semakin tersebar luas ke seluruh penjuru dunia.
Ajaran Sang Guru Sejati merupakan ajaran budi pekerti yang sederhana, siapapun dapat dengan mudah memahaminya. Dan dimanapun baik di kota maupun di desa budi perkerti yang luruh sangat diidam-idamkan. Hal ini dikarenakan fakta yang terjadi di masyarakat betapa kerusakan budi pekerti manusia pada jaman sekarang sudah sangat parah. Pergaulan bebas bukan hanya milik orang-orang kota, bahkan sudah merambah di kota-kota kecil. Kejahatan yang terjadi-pun semakin marak dan berani. Praktek korupsi sudah merebak dimana-mana. Tidak ada rasa malu dan bersalah saat melakukan pelanggaran-pelanggaran, baik pelanggaran aturan hukum yang “penting” hingga yang dianggap paling remeh sekalipun (seperti melanggar lampu lalu-lintas).
Bahkan kejujuran kini menjadi barang langka yang sulit ditemukan. Alangkah memprihatinkan kondisi saat ini. Jika dibiarkan terus-menerus, maka bangsa ini menjadi bangsa yang rusak budi pekertinya. Oleh karena itu, Indonesia (bahkan dunia) membutuhkan manusia yang berbudi pekerti luhur. Dan ajaran Sang Guru Sejati melalui Kaweruh Jendra Hayuningrat mendidik kita untuk memiliki budi pekerti yang luhur. Asalkan kita benar-benar menjalankannya. Lebih-lebih bagi siswa yang berupaya turut menyebar-luaskan pepadang dan meningkatkan kualitas penyiswaan kita dalam kehidupan sehari-hari maka, kita telah turut berpartisipasi menyumbang terhadap terwujudnya Indonesia yang maju, adiluhur, adiluhung dan disegani negara-negara lainnya. Bagi generasi muda telah diberi pegangan tambahan yaitu Panca Marga. Dengan menjalankan ajaran Sang Guru Sejati yakni Hasta Sila melalui Jalan Rahayu dan menghindari Paliwara, plus memenuhi Panca Marga, bukan hal yang mustahil jika generasi muda Kaweruh Jendra Hayuningrat ialah generasi penerus bangsa dapat menjadi pemimpin-pemimpin bangsa yang handal layaknya seorang Ksatria Pinandita.
Pada ulang tahun Kaweruh Jendra Hayuningrat yang ke 70 tahun ini seyogyanya kita sebagai siswa bersama-sama saling bergandengan tangan untuk menjaga keutuhan  Kaweruh Jendra Hayuningrat. Kita berusaha untuk memperbaiki kinerja, dapat menjaga keakraban demi keutuhan dan keberlangsungan organisasi yang sangat kita cintai ini. Hanya dengan memelihara iklim positif dan kerja sama yang baik antar pengurus dan anggota, visi dan misi Kaweruh Jendra Hayuningrat lewat Puri Asih dapat terwujud. Selain itu jangan lupa untuk memperbaiki kualitas penyiswaan diri pribadi kita, sehingga manfaat ajaran Sang Guru Sejati dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari dan berdampak positif bagi lingkungan sekitar kita.
Semoga Kaweruh Jendra Hayuningrat dapat lebih maju dan berkembang bukan hanya peningkatan secara kuantitas anak cabang dan anggotanya tetapi juga kualitas penyiswaan seluruh anak cabang dan anggotanya. Sebagai siswa Sang Guru Sejati sudah sepantasnyalah rasa memiliki lan handarbeni dipupuk dan berusaha memberikan yang terbaik untuk keberlangsungan organisasi. Semoga warga Puri Asih khususnya dan semua anak cabang Kaweruh Jendra Hayuningrat yang tersebar diseluruh Nusantara, menjadi siswa Sang Guru Sejati yang tetap semangat menyiswa dan aktif dalam keorganisasian. Jangan pernah kita berpaling dari Kaweruh Jendra Hayuningrat terutama di Puri-Puri binaan. Teriring doa dan harapan dari kami generasi muda, Semoga Kaweruh Jendra Hayuningrat dapat berdiri kokoh di bumi pertiwi dan memberi secercah sinar terang di tengah gelapnya kehidupan dunia ini. Semoga sabda Sang Guru Sejati “Sunar piwulang Ingsun bakal sumunar angebaki jagad” segera terbabar. Dirgahayu …. Dirgahayu …. Dirgahayu dan Jayalah Kaweruh Jendra Hayuningrat melalui Puri Asih-nya.
Salam _()_ Rahayu