Oleh Budi Siswanto
Album Belajar Kebathinan |
Tulisan ini merupakan sebuah
wacana, mengurai kondisi penyebab sebenarnya “susah mati” itu. Semoga
bermanfaat untuk pembaca sekalian yang ingin mulai menapaki dunia spiritual maupun
yang telah mendalaminya.
Apabila kita mengandalkan ilmu
dan menganggap bahwa semua khasiat yang terjadi adalah semata-mata dari ilmu
tersebut. Lalu menyakini bahwa ilmu ini-ilmu itu sakti. Maka tanpa kita sadari
sebenarnya diri kita telah terlena oleh kehebatan ilmu dan sejatinya kita telah
lupa kepada kuasa Tuhan YME.
Akhirnya ketika tiba saatnya
datang ujian dari Tuhan berupa musibah, masalah, problem hidup maka diri kita
merasa aman. Merasa bahwa masalah apapun itu jenisnya akan dapat diatasi dengan
khasiat ilmu-ilmu tadi. Rasa aman karena mengantungkan diri kepada kehebatan
ilmu itulah yang merupakan kesesatan.
Menurunkan kadar ketaqwaan kita
kepada Tuhan YME. Bukankah seharusnya hanya Tuhan tempat bergantung segala
harapan dan segala sesuatu dialam semesta ini?? cobalah tengok Surat Al-ikhlas.
Beruntunglah bila kita senantiasa
diberi anugerah selalu mawas diri dan waspada dari segala hal yang membuat
terlenanya hati. Namun bila kita tidak menyadarinya, akibat dari rasa aman
menggantungkan diri kepada kehebatan ilmu tersebut membuat kita akan semakin
lalai untuk berharap (berdoa) secara sungguh-sungguh kepada Tuhan YME.
Berdoa hanya sekedar formalitas
dalam ucapan / rapalan saja. “Toh, nanti masalah ini juga dapat diselesaikan
dengan ilmu ini atau ilmu itu..” begitulah kira-kira yang muncul dalam benak
pikiran. Apabila sudah demikian keadaannya maka dapat dipastikan diri sang
pengamal ilmu akan semakin jauh dari penghambaan kepada Tuhan. Sebaliknya
cenderung lebih percaya dengan ilmunya, lebih yakin dengan kesaktiannya,
menghamba kepada khasiat-khasiat ilmu dunia yang fana. Terjangkitlah sifat
Takabur (melupakan kuasa Tuhan).
Jika penyakit hati ini mengendap
semakin larut dalam hati, maka ketika tiba saatnya nanti tanda-tanda datangnya
Malaikat Maut pencabut nyawa hendak memisahkannya dari kehidupan dunia. Sang
pengamal ilmu akan ketakutan luar biasa, tidak ikhlas, tidak ridho. Secara
otomatis ia akan berharap kepada ilmunya dengan segala kehebatannya dapat
menyelesaikan perkara ini. Karena selama hidupnya memang sudah terbiasa
menggantung-kan diri seperti itu.
Padahal kita tahu bahwa perkara
yang satu ini tidak dapat diselesaikan dengan ilmu-ilmu itu. Semua itu hanyalah
harapan kosong, hanya membuat semakin tersesat dalam kegelapan, hanya membuat
semakin takut mati. Lebih rindu dunia daripada negeri akhirat. Lebih percaya
ilmunya daripada Tuhan. Maka semakin tersiksalah jiwanya diambang pintu
kematian. Jiwanya merintih sementara tubuhnya kesakitan dan kepayahan.
Jadi, sebenarnya keadaan “susah
mati” yang biasa dialami oleh para pengamal ilmu ghaib itu karena hal itu tadi.
Takabur dan terlalu cinta dunia yang membuatnya tidak ikhlas terhadap takdir
Tuhan. Bukan karena ilmu ghaibnya yang dipahami seperti tarik menarik antara
khadam Ilmu (JIN) dengan Malaikat yang sedang memperebutkan arwah sang pengamal
ilmu itu. Tidak pernah ada cerita orang mati bisa hidup lagi gara-gara Khadam
ilmu kesaktiannya telah mengalahkan Malaikat Maut!? Karena memang tidak pernah
terjadi kejadian “tarik-menarik” itu. Tercabutnya ruh dari jasad seseorang
adalah dimensi mutlak Malaikat Maut. Tidak ada makhluk lain yang bisa
menghalangi Malaikat yang mengemban tugas dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Andai saja jiwa dan hati kita
terbiasa dengan penghambaan kepada Tuhan, hanya menggantungkan harapan
kepada-NYA, berdoa yang baik kepada-NYA dengan melalui ilmu-ilmu spiritual.
Menyandarkan segala macam doa, mantera, ajian, hizib, ratib, wirid atau apapun
itu namanya hanya kepada kuasaNYA niscaya, hati ini akan lebih percaya dan
ikhlas terhadap kehendak & takdirNYA hingga akhir hayat nanti.
Maka dari itu belajar ilmu
spiritual juga membutuhkan pengkajian. Tidak hanya sekedar mengamalkan ilmu dan
merasakan daya manfaatnya. Dengan harapan semoga nantinya dapat meningkatkan
kualitas ketaqwaan kepada Tuhan YME. Karena seperti kata para pisepuh :
“Kaweruh kang Sejati ora
bakal nyiwak Gusti”
Jadi jangan takut untuk belajar
ilmu spiritual. Selama dibimbing dengan baik dan benar oleh orang-orang yang
benar.
Salam _/|\_ Rahayu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar