Oleh Pinisepuh "Puri Asih"
Dalam
memahami budaya jawa kita diperkenalkan dengan adanya simbol-simbol (simbolisme),
yaitu suatu faham yang menggunakan lambang atau simbol untuk membimbing
pemikiran manusia kearah pemahaman terhadap suatu hal secara lebih dalam. Manusia
mempergunakan simbol sebagai media penghantar komunikasi antar sesama dan
segala sesuatu yang dilakukan manusia merupakan perlambang dari tindakan atau
bahkan karakter dari manusia itu selanjutnya. Ilmu pengetahuan adalah simbol-simbol dari Tuhan, yang diturunkan
kepada manusia, dan oleh manusia simbol-simbol itu ditelaah dibuktikan dan
kemudian diubah menjadi simbol-simbol yang lebih mudah difahami agar bisa
diterima oleh manusia lain yang memiliki daya tangkap yang berberda-beda.
Biasanya sebutan orang Jawa adalah
orang yang hidup di wilayah sebelah timur sungai Citanduy dan Cilosari (bukan
berarti wilayah di sebelah baratnya bukan wilayah pulau Jawa). Masyarakat Jawa
adalah masyarakat yang menjunjung tinggi rasa kekeluargaan dan suka
bergotong-royong dengan semboyannya saiyeg
saekoproyo yang berarti sekata satu tujuan.
Kisah suku Jawa diawali dengan
kedatangan seorang satriya pinandita yang bernama Aji Saka, sampai kemudian
satriya itu menulis sebuah sajak yang kemudian sajak tersebut diakui menjadi
huruf jawa dan digunakan sebagai tanda dimulainya penanggalan tarikh Caka (
walau Sebagian orang menganggap ini hanya legenda saja)
Kejawen adalah faham orang jawa atau
aliran kepercayaan yang muncul dari masuknya berbagai macam agama ke jawa.
Kejawen mengakui adanya Tuhan / Gusti Allah tetapi juga mengakui mistik yang
berkembang dari ajaran tasawuf-nya agama-agama yang ada.
Tindakan tersebut dibagi tiga bagian
yaitu :
·
Tindakan simbolis dalam religi.
·
Tindakan simbolis dalam tradisi.
·
Tindakan simbolis dalam seni.
Tindakan
simbolis dalam religi, adalah
contoh kebiasaan orang Jawa yang percaya bahwa Tuhan adalah zat yang tidak
mampu dijangkau oleh pikiran manusia, karenanya harus di simbolkan agar dapat
di akui keberadaannya misalnya dengan menyebut Tuhan dengan Gusti Ingkang Murbheng Dumadi, Gusti Ingkang Maha Kuaos, dan
sebagainya.
Tindakan
simbolis dalam tradisi
dimisalkan dengan adanya tradisi upacara kematian yaitu medo’akan orang yang
meninggal pada tiga hari, tujuh hari, empatpuluh hari, seratus hari, satu
tahun, dua tahun, tiga tahun, dan seribu harinya setelah seseorang meninggal (tahlillan).
iTindakan
simbolis dalam seni
dicontohkan dengan berbagai macam warna yang terlukis pada wajah wayang kulit,
warna ini menggambarkan karakter dari masing-masing tokoh dalam wayang.
Perkembangan budaya jawa yang mulai
tergilas oleh perkembangan teknologi yang mempengaruhi pola pikir dan tindakan
orang jawa dalam kehidupan. Maka orang mulai berfikir bagaimana bisa
membuktikan hal gaib secara empiris tersebut dengan menggunakan berbagai macam
metode tanpa mengindahkan unsur kesakralan. Bahkan terkadang kepercayaan itu
kehilangan unsur kesakralannya karena dijadikan sebagai obyek exploitasi dan
penelitian.
Kebiasaan orang Jawa yang percaya
bahwa segala sesuatu adalah simbol dari hakikat kehidupan, seperti syarat
sebuah rumah harus memiliki empat buah soko
guru (tiang penyangga) yang melambangkan empat unsur alam yaitu tanah, air,
api, dan udara, yang ke-empatnya dipercaya akan memperkuat rumah baik secara
fisik dan mental penghuni rumah tersebut. Namun dengan adanya teknologi
konstruksi yang semakin maju, keberadaan soko guru itu tidak lagi menjadi
syarat pembangunan rumah. Dengan analisa tersebut dapat diperkirakan bagaimana
nantinya faham simbolisme akan bergeser dari budaya jawa. Tapi bahwa simbolisme
tidak akan terpengaruh oleh kehidupan manusia tapi kehidupan manusialah yang
tergantung pada simbolisme. Dan sampai kapanpun simbolisme akan terus
berkembang mengikuti berputarnya sangkakala. Rahayu!....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar