Rahayu...!
Kejawen dalam pengertian yang umum mencakup budaya, tradisi,
ritual, seni,
sikap, mistik dan pandangan hidup/filosofi orang Jawa. Selain itu
Kejawen juga berarti kebatinan
atau Spiritualitas Jawa. Sedangkan Kaweruh Jendra Hayuningrat adalah
salah satu aliran Pamencar Kaweruh Kasepuhan yang menganut aliran Sastra
Jendra Hayuningrat dan menamakan diri dalam kelompok paguyubannya
sebagai Pamencar Kaweruh Kasepuhan Sastra Jendra Hayunigrat atau Kaweruh
Jendra Hayuningrat.
Perlu diketahui bahwa sebelum agama-agama besar masuk ke tanah Jawa, masyarakat Jawa
telah mempunyai kepercayaannya sendiri yang sangat dihormati serta manembah-nya
kepada
Gusti Sang Akarya Jagat atau
Gusti atau Pangeran, Tuhan
Sang Pencipta Alam berikut segala isinya termasuk manusia.
Kaweruh Jendra Hayuningrat diturunkan secara turun temurun dari para leluhur. Orang
Jawa pelaku Jendra sangatlah menghormati ajaran dan pesan
pinisepuh yang bernilai tinggi dan
bijak. Menurut kebiasaan kuno, pesan orang tua dijunjung tinggi ibarat pusaka,
dijaga kebenaran dan kelestariannya agar tidak diselewengkan.
Pada
mulanya Sastra Jendra Hayuningrat hanya di ajarkan dikalangan keluarga
Keraton (Pusat pemerintahan jaman kerajaan tempo dulu), Mengingat
Sastra Jendra Hayuningrat adalah ilmu terlarang, yaitu ilmu yang tidak
diperbolehkan sembarangan di ajarkan pada setiap orang.
Seiring
dengan perkembangan jaman maka tingkat peradapan masyarakat saat itu
mencapai titik terpuruk, baik secara moral maupun secara spiritual.
Karena kurangnya pengetahuan mayarakat tentang pendidikan moral dan
spiritual maka memicu munculnya kejahatan moral dimana-mana (
pemerkoasaan, pencurian, pembunuhan bahkan sampai pada tingkat
pemberontakan kepemimpinan kerajaan pada saat itu ).
Menyikapi
semua ini, sudah sepantasnyalah raja yang bertindak sebagai pemimpin
masyarakat pada saat itu, dipandang perlu melakukan pengkajian dan
penelitian serta ngelelimbang guna menemukan rumusan-rumusan bijak yang
layak diajarkan terhadap masyarakat pada saat itu.
Datanglah
pencerahan yang dialami oleh Raja dan para punggawanya yang pada saat
itu telah bersusah payah untuk mendapatkan wangsit, guna menyelesaikan
masalah moral dan spiritual yang dialami oleh kebanyakan masyarakat
didalam lingkungan kerajaannya.
Setelah melalui rapat
yang panjang dan dengan segala perdebatanya, maka pada akhirnya para
resi dan penasehat kerajaan lainya menyerah kepada keputusan sang raja.
Adapun hasil pencerahan dan keputusannya yaitu mengajarkan Sastra Jendra
Hayuningrat dengan segala isi ilmunya kepada masyarakat kerajaan diluar
pagar keraton.
Penyembahan kepada
Gusti
dilakukan dengan panembah, hening, samadi,
ritual tradisional dan pralambang-pralambang yang semula menjadi ritual
kerajaan. Namun sejak saat keputusan raja yang disampaikan kepada para
resi dan para punggawa kerajaan untuk mengajarka Sastra Jendra di luar
pagar kerajaan, maka secara bertahap raja mendaup ( mengangkat Pinisepuh
) yang ditugaskan untuk mengajarkan Kaweruh Jendra Hayuningrat
ditengah-tengah masyarakat.
All hasil, peradaban
masyarakat berubah drastis. Pemencaran ( penyebaran ) Kaweruh Jendra
Hayuningrat pada saat itu menunjukan hasil, yaitu meningkatnya etika
masyarakat menjadi lebih berbudi luhur, santun, andap-asor sampai
berkurangnya tindak kejahatan moral ( percabulan, pencurian, judi dll)
dan kejahatan spiritual ( Tenung, mantra, gendam dll).
Orang Jawa
sejak sebelum diajarkannya Kaweruh Jendra Hayuningrat, memang tidak
mengenal penyembahan berhala atau penyembahan yang diwujudkan
dalam bentuk patung-patung Dewa. Karena raja-raja Jawa pada saat itu
yang adalah menjadi panutan masyarakatnya, memang tidak perna
mengajarkan penyembahan terhadap patung-patung berhala, karena para raja
raja Jawa pada saat itu sudah mewarisi ilmu pengetahuan dari leluhurnya
yaitu pengetahuan tentang ketuhanan melalui ajaran Kaweruh Jendra
Hayuningrat, yang sama sekali tidak mengajarkan tentang penyembahan di
luar Tuhan yang maha Gaib.
Kabeh agama iku apik/Semua agama itu baik
Sejak
dulu, orang Jawa dan para pelaku Kaweruh Jendra Hayuningrat selalu
bersikap toleran dan berwawasan luas terhadap pengetahuan lain. Oleh
karena
itu, masuknya agama-agama dari luar tanah Jawa diterima dengan baik dan
tidak dihalang-halangi
untuk berkembang. Hal ini sesuai dengan pandangan nenek-moyang Jawa
bahwa :
kabeh
agama kuwi iku apik (semua agama itu baik).
Para
pinisepuh Kaweruh Jendra Hayuningrat dari dulu yakin bahwa semua agama mengagungkan
Tuhan Sang Pencipta , meskipun dengan tata-cara yang berlainan.
Jadi tidak ada alasan seorang pinisepuh Kaweruh Jendra Hayuningrat untuk melarang suatu agama atau kepercayan terhadap Tuhan
YME.
Selain itu, setiap agama pada intinya menyebarkan
ajaran dan tuntunan yang sangat mulia
bagi para penganutnya , demi terwujudnya kehidupan yang damai dan
sejahtera
lahir bathin. Walaupun pada akhirnya Kaweruh Jendra Hayuningrat yang
adalah Kaweruh aslinya orang-orang jawa, harus menjadi kepercayaan
asing di negerinya sendiri. Karena pada saat ini tidak banyak orang yang
mau mengakui keberadaan Kaweruh Jendra Hayuningrat sebagai kaweruh asli
bangsa yang perna turut andil dalam mengisi sejarah berdirinya
peradapban di pulau Jawa ini.....Rahayu!