Rahayu......!
Jayabaya adalah Raja Kediri, sering diartikan sebagai kelahiran manusia pertama di Jawa, tepatnya didaerah Kediri, Jawa Timur. Didaerah ini ada dataran subur, suasananya nyaman untuk dihuni, namanya Pare, dari kata pari , beras, makanan pokok manusia. Saya pernah tinggal di Pare semasa saya menyelesaikan ngelmu saya dan saya di dampingi oleh seorang sahabat, Nasib Mulyono namanya, beliu mendampingi saya sampai saat ini sekaligus bersama saya sebagai salah satu perintis pendirian Puri Asih.
Jayabaya adalah Raja Kediri, sering diartikan sebagai kelahiran manusia pertama di Jawa, tepatnya didaerah Kediri, Jawa Timur. Didaerah ini ada dataran subur, suasananya nyaman untuk dihuni, namanya Pare, dari kata pari , beras, makanan pokok manusia. Saya pernah tinggal di Pare semasa saya menyelesaikan ngelmu saya dan saya di dampingi oleh seorang sahabat, Nasib Mulyono namanya, beliu mendampingi saya sampai saat ini sekaligus bersama saya sebagai salah satu perintis pendirian Puri Asih.
Hal ini merupakan gambaran keberadaan manusia yang lahir dibumi dalam keadaan
terjamin, karena kondisi alam yang mendukung dan tersedianya makanan. Menurut Kaweruh Jendra Hayuningrat, Prabu Jayabaya sebelum turun ke mayapada untuk mewujudkan diri sebagai manusia
yang hidup dibumi, beliu adalah Raja Dewa dari kahyangan/sorga yang merupakan tempat tinggalnya para
dewa-dewi. Raja Dewa itu bernama Wishnu, Raja Dewa kehidupan pelestari
jagat. Sejak masuknya pengaruh Hindu, di Jawa mulai timbul negeri dengan
sistim kerajaan, menggantikan “tata pemerintahan” asli yang berupa Kabuyutan
, yang pemimpinnya disebut sebagai Pinisepuh . Nama-nama Hindu
mulai diadopsi, meskipun mereka adalah orang-orang Jawa asli. Wishnu dari kahyangan mengamati bumi dengan seksama, mencari tempat yang nyaman
untuk dijadikan kerajaaannya. Dia merasa cocok untuk tinggal di Kediri.
Dewa yang ingin menjadi manusia bumi, harus memenuhi syarat-syaratnya. Seperti
diketahui dewa itu tinggal di kahyangan, alamnya para dewa, alamnya para suksma, spirit,
roh, tidak memakai badan fisik, karena berbadan sinar. Sedangkan untuk hidup di
bumi, suksma harus “memakai pakaian” yang berujud badan fisik dan eteris atau
istilah lokalnya badan kasar dan badan halus.
Badan fisik dan eteris itu berintikan elemen-elemen alam : api, udara, air dan
tanah dan itu semua harus dalam keadaan sehat, dengan piranti-pirantinya yang
bekerja canggih.
Suksma yang menyatu dengan raga, harus sinergis, semua sistemnya bekerja
dengan sempurna, sehingga menjadi manusia hidup yang normal yang mampu
berkiprah lahir bathin. Kalau penyatuan suksma dengan raga tidak pas,
tidak sempurna, ada yang “kongslet” maka yang wujudnya adalah manusia cacat
badan, pikiran atau mental.
Untuk terwujudnya/lahirnya manusia yang normal, persyaratannya adalah niat
baik, yang diberkahi oleh Sang Suksma Agung, Pencipta Kehidupan. Juga
persyaratan hidup dibumi harus dipenuhi sebaik-baiknya.
Manifestasi kehidupan suksma di bumi, lumrahnya dan pada masa kini adalah melalui
kelahiran seorang bayi. Bayi yang sehat lahir-bathin yang dilahirkan dari guwa
garba (rahim) ibu , setelah berhasil dibuahi seorang bapak.
Sehingga perlu adanya ibu–bapak yang sehat lahir bathin, ciptanya baik dan benar, menyatu dalam rasa dan raga , maka tumbuhlah janin.
Dengan restu Sang Suksma Agung alias Tuhan yang mencipta langit dan bumi, maka suksma yang layak dan sesuai di turunkan kebumi,
mendapatkan pakaian baru berupa raga fisik dan eteris. Lahirlah seorang manusia
baru dengan berbagai misi yang wajib dilaksanakan didunia.
Pada dasarnya manusia adalah suksma, spirit, roh suci yang dibungkus atau memakai baju berupa badan
raga / fisik dan eteris atau raga kasar dan halus. Suksma kekal, tidak akan rusak
untuk selamanya, ketika badan mengalami kerusakan, suksma akan kembali ke asal-muasalnya, yaitu
kehariba'an Sang Suksma Hyang Agung, Gusti,
Tuhan kita.
Pemahaman manusia suksma ajaran kaweruh Jendra Hayuningrat ini, mohon jangan diputar-balik menjadi raga hidup yang bernyawa,
seperti yang dianut oleh beberapa orang. Akhirnya orang tersebut dalam hidupnya
mengutamakan kepentingan raga, ingin selalu mengenakkan raganya sendiri, maka
kelakuannya penuh nafsu : mau makan enak, kekuasaan, kaya duniawi yang egoistis ( berpedoman "hidup hanya sekali", kenapa harus dibuat menderita ).
Ini menandakan mereka itu manusia yang lupa kepada misi hidup (misi pokok) yang sebenarnya, dibumi malah saling gontok-gontokan
dan berkelahi, berebut hal-hal yang duniawi.
Suksma yang berhasil terlahir menjadi
bayi, hidup sehat lahir bathin, itu telah
melalui perjalanan perjuangan yang maha dahsyat. Dari beribu-ribu bahkan
jutaan
benih ( -/+ 25 juta sel sperma) yang meluncur ke dalam guwa garba (
rahim ) sang ibu, hanya satu yang berhasil menembus sel ovum dan akhirnya menjadi bayi ( wujud dari 1 sel sperma
sebagai Pemenang ).
Inilah Suksma yang lulus/lolos jadi seorang jabang bayi, dia menang, Jaya, terlepas dari
segala bahaya - baya dan menjadi bayi manusia - dengan nama Jayabaya ( menurut Kaweruh Jendra Hayuningrat sebagai Nabi Adam-nya orang Jawa).
Oleh karena itu Jayabaya ada di Kediri, artinya suksma yang jaya hidup Ke
dalam Diri-badan manusia.
Inilah pemahaman sejati mengenai terjadinya kehidupan manusia yang sudah ada sejak
dulu dan merupakan ajaran Kejawen yang di pencarkan oleh pamencar kaweruh kasepuhan Sastra Jendra Hayuningrat. Rahayu.....!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar