Jumat, 22 Maret 2013

Bag. 3 Penjelasan Tentang Kaweruh Jendro Hayuningrat


 Oleh Pinsepuh "Puri Asih"
       Rahayu....!
       Di postingan yang ke 3 ini, penulis mengutip penjelasan beberapa buku yang referensinya akan di lampirkan di akhir penulisan. Mikrokosmos : Sikap dan pandangan terhadap dunia nyata adalah tercermin pada kehidupan manusia dengan lingkungannya, susunan manusia dalam masyarakat, tata kehidupan manusia sehari-hari dan segala sesuatu yang nampak oleh mata. Dalam menghadapi kehidupan, manusia yang baik dan benar didunia ini tergantung pada kekuatan bathin dan jiwa manusia tersebut.

         Bagi orang Jawa kuno, pusat dunia itu ada pada pimpinan atau raja dan keraton, Tuhan adalah pusat makrokosmos sedangkan raja dianggap perwujudan wakil Tuhan di dunia (mikrokosmos), sehingga dalam dirinya terdapat keseimbangan berbagai kekuatan dari dua alam. Jadi raja (red Jawa Endro ) dipandang sebagai  pusat komunitas di dunia seperti halnya raja menjadi mikrokosmos dari wakil Tuhan dengan keraton sebagai tempat kediaman raja. Keraton merupakan pusat keramat kerajaan dan bersemayamnya raja karena rajapun dianggap merupakan sumber kekuatan-kekuatan kosmis yang mengalir ke daerah kedaulatannya dan membawa ketentraman, keadilan dan kesuburan wilayah (red Jawa ; Rahayu Ningrat ; Rahayu = Ketentraman, Ningrat = Dunia ) .

           Hal hal  diatas merupakan gambaran umum tentang alam pikiran serta sikap dan pandangan hidup yang dimiliki oleh orang Jawa pada jaman kerajaan. Alam pikiran ini telah berakar kuat dan menjadi landasan falsafah dari segala perwujudan yang ada dalam tata kehidupan orang Jawa.  


Kejawen


“Tak uwisi gunem iki                         
Niyatku mung aweh wikan     
Kabatinan akeh lire                            
Lan gawat ka liwat-liwat                    
Mulo dipun prayitno                           
Ojo keliru pamilihmu                         
Lamun mardi kebatinan.”                              

Tembang ini menggambarkan nasihat seorang tua (pinisepuh) kepada mereka yang ingin mempelajari kabatinan cara kejawen. Kiranya perlu dipahami bahwa tujuan hakiki dari kejawen adalah berusaha mendapatkan ilmu sejati untuk mencapai hidup sejati dan selalu berhubungan dalam keadaan harmonis antara kawula (manusia) dan Gusti (Pencipta) (jumbuhing kawula Gusti)/ pendekatan kepada Yang Maha Kuasa secara total.

         Keadaan spiritual ini bisa dicapai oleh setiap orang yang percaya kepada Tuhan, yang mempunyai moral yang baik, bersih dan jujur. beberapa laku harus dipraktekkan dengan kesadaran dan ketetapan hati yang mantap. Pencari dan penghayat ilmu sejati diwajibkan untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi semua orang serta melalui kebersihan hati dan tindakannya. Cipta, rasa, karsa dan karya harus baik, benar, suci dan ditujukan untuk mamayu hayuning bawono. Ati suci jumbuhing Kawulo Gusti: hati suci itu adalah hubungan yang serasi antara Kawulo dan Gusti. Kejawen merupakan aset dari orang Jawa tradisional  yang berusaha memahami dan mencari makna dan hakekat hidup yang mengandung nilai-nilai luhur dan tinggi. Rahayu!

Tidak ada komentar: