Jumat, 22 Maret 2013

Jayabaya dalam ajaran Kaweru Jendra Hayuningrat

Rahayu......!
Jayabaya adalah Raja Kediri, sering diartikan sebagai kelahiran manusia pertama di Jawa, tepatnya  didaerah Kediri, Jawa Timur. Didaerah ini ada dataran subur, suasananya nyaman untuk dihuni, namanya Pare, dari kata pari , beras, makanan pokok manusia. Saya pernah tinggal di Pare semasa saya menyelesaikan ngelmu saya dan saya di dampingi oleh seorang sahabat, Nasib Mulyono namanya, beliu mendampingi saya sampai saat ini sekaligus bersama saya sebagai salah satu perintis pendirian Puri Asih.

Hal ini merupakan gambaran keberadaan manusia yang lahir dibumi dalam keadaan terjamin, karena kondisi alam yang mendukung dan tersedianya makanan. Menurut Kaweruh Jendra Hayuningrat, Prabu Jayabaya sebelum turun ke mayapada untuk mewujudkan diri sebagai manusia yang hidup dibumi, beliu adalah Raja Dewa dari kahyangan/sorga yang merupakan tempat tinggalnya para dewa-dewi. Raja Dewa itu bernama Wishnu, Raja Dewa kehidupan pelestari jagat. Sejak masuknya pengaruh Hindu, di Jawa mulai timbul negeri dengan sistim kerajaan, menggantikan “tata pemerintahan” asli yang berupa Kabuyutan , yang pemimpinnya disebut sebagai Pinisepuh . Nama-nama Hindu mulai diadopsi, meskipun mereka adalah orang-orang Jawa asli. Wishnu dari kahyangan mengamati bumi dengan seksama, mencari tempat yang nyaman untuk dijadikan kerajaaannya. Dia merasa cocok untuk tinggal di Kediri.

Dewa yang ingin menjadi manusia bumi, harus memenuhi syarat-syaratnya. Seperti diketahui dewa itu tinggal di kahyangan, alamnya para dewa, alamnya para suksma, spirit, roh, tidak memakai badan fisik, karena berbadan sinar. Sedangkan untuk hidup di bumi, suksma harus “memakai pakaian” yang berujud badan fisik dan eteris atau istilah lokalnya badan kasar dan badan halus.

Badan fisik dan eteris itu berintikan elemen-elemen alam : api, udara, air dan tanah dan itu semua harus dalam keadaan sehat, dengan piranti-pirantinya yang bekerja canggih.

Suksma yang menyatu dengan raga, harus sinergis, semua sistemnya bekerja dengan sempurna, sehingga menjadi manusia hidup yang normal yang mampu berkiprah lahir bathin. Kalau penyatuan suksma dengan raga tidak pas, tidak sempurna, ada yang “kongslet” maka yang wujudnya adalah manusia cacat badan, pikiran atau mental.

Untuk terwujudnya/lahirnya manusia yang normal, persyaratannya adalah niat baik, yang diberkahi oleh Sang Suksma Agung, Pencipta Kehidupan. Juga persyaratan hidup dibumi harus dipenuhi sebaik-baiknya.

Manifestasi kehidupan suksma di bumi, lumrahnya dan pada masa kini adalah melalui kelahiran seorang bayi. Bayi yang sehat lahir-bathin yang dilahirkan dari guwa garba (rahim) ibu , setelah berhasil dibuahi seorang bapak.

Sehingga  perlu adanya ibu–bapak yang sehat lahir bathin, ciptanya baik dan benar, menyatu dalam rasa dan raga , maka tumbuhlah janin.
Dengan restu Sang Suksma Agung alias Tuhan yang mencipta langit dan bumi, maka suksma yang layak dan sesuai di turunkan kebumi, mendapatkan pakaian baru berupa raga fisik dan eteris. Lahirlah seorang manusia baru dengan berbagai misi yang wajib dilaksanakan didunia.

Pada dasarnya manusia adalah suksma,  spirit, roh suci yang dibungkus atau memakai baju berupa badan raga / fisik dan eteris atau raga kasar dan halus. Suksma kekal, tidak akan rusak untuk selamanya, ketika  badan mengalami kerusakan, suksma akan kembali ke asal-muasalnya, yaitu kehariba'an Sang Suksma Hyang Agung, Gusti, Tuhan kita.                       

Pemahaman manusia suksma ajaran kaweruh Jendra Hayuningrat ini, mohon jangan diputar-balik menjadi raga hidup yang bernyawa, seperti yang dianut oleh beberapa orang.  Akhirnya orang tersebut dalam hidupnya mengutamakan kepentingan raga, ingin selalu mengenakkan raganya sendiri, maka kelakuannya penuh nafsu : mau makan enak, kekuasaan, kaya duniawi yang egoistis ( berpedoman "hidup hanya sekali", kenapa harus dibuat menderita ). Ini menandakan mereka itu manusia yang lupa kepada misi hidup (misi pokok) yang sebenarnya, dibumi malah saling gontok-gontokan dan berkelahi, berebut hal-hal yang duniawi.

Suksma yang berhasil terlahir menjadi bayi, hidup sehat lahir bathin, itu telah melalui perjalanan perjuangan yang maha dahsyat. Dari beribu-ribu bahkan jutaan benih ( -/+ 25 juta sel sperma) yang meluncur ke dalam guwa garba ( rahim ) sang ibu, hanya satu yang berhasil menembus sel ovum dan akhirnya menjadi bayi ( wujud dari 1 sel sperma sebagai Pemenang ). Inilah Suksma yang lulus/lolos jadi seorang jabang bayi, dia menang, Jaya, terlepas dari segala bahaya - baya dan menjadi bayi manusia - dengan nama Jayabaya ( menurut Kaweruh Jendra Hayuningrat sebagai Nabi Adam-nya orang Jawa).

Oleh karena itu Jayabaya ada di Kediri, artinya suksma yang jaya hidup Ke dalam Diri-badan manusia. Inilah pemahaman sejati mengenai terjadinya kehidupan manusia yang sudah ada sejak dulu dan merupakan ajaran Kejawen yang di pencarkan oleh pamencar kaweruh kasepuhan Sastra Jendra Hayuningrat. Rahayu.....!


Tidak ada komentar: