Kamis, 28 Maret 2013

Kaweru Kasepuhan Sastra Jendra Hayuningrat dan Kejawen


Rahayu...!

Kejawen dalam pengertian yang umum mencakup budaya, tradisi, ritual, seni, sikap, mistik dan pandangan hidup/filosofi orang Jawa. Selain itu Kejawen juga berarti kebatinan atau Spiritualitas Jawa. Sedangkan Kaweruh Jendra Hayuningrat adalah salah satu aliran Pamencar Kaweruh Kasepuhan yang menganut aliran Sastra Jendra Hayuningrat dan menamakan diri dalam kelompok paguyubannya sebagai Pamencar Kaweruh Kasepuhan Sastra Jendra Hayunigrat atau Kaweruh Jendra Hayuningrat.

Perlu diketahui bahwa sebelum agama-agama besar masuk ke tanah Jawa, masyarakat Jawa telah mempunyai kepercayaannya sendiri yang sangat dihormati serta manembah-nya kepada Gusti Sang Akarya Jagat atau Gusti atau Pangeran, Tuhan Sang Pencipta Alam berikut segala isinya termasuk manusia.

Kaweruh Jendra Hayuningrat diturunkan secara turun temurun dari para leluhur. Orang Jawa pelaku Jendra sangatlah menghormati ajaran dan pesan pinisepuh yang bernilai tinggi dan bijak. Menurut kebiasaan kuno, pesan orang tua dijunjung tinggi ibarat pusaka, dijaga kebenaran dan kelestariannya agar tidak diselewengkan.

Pada mulanya Sastra Jendra Hayuningrat hanya di ajarkan dikalangan keluarga Keraton (Pusat pemerintahan jaman kerajaan tempo dulu),  Mengingat Sastra Jendra Hayuningrat adalah ilmu terlarang, yaitu ilmu yang tidak diperbolehkan sembarangan di ajarkan pada setiap orang.

Seiring dengan perkembangan jaman maka tingkat peradapan masyarakat saat itu mencapai titik terpuruk, baik secara moral maupun secara spiritual. Karena kurangnya pengetahuan mayarakat tentang pendidikan moral dan spiritual maka memicu munculnya kejahatan moral dimana-mana ( pemerkoasaan, pencurian, pembunuhan bahkan sampai pada tingkat pemberontakan kepemimpinan kerajaan pada saat itu ).

Menyikapi semua ini, sudah sepantasnyalah raja yang bertindak sebagai pemimpin masyarakat pada saat itu, dipandang perlu melakukan pengkajian dan penelitian serta ngelelimbang guna menemukan rumusan-rumusan bijak yang layak diajarkan terhadap masyarakat pada saat itu.

Datanglah pencerahan yang dialami oleh Raja dan para punggawanya yang pada saat itu telah bersusah payah untuk mendapatkan wangsit, guna menyelesaikan masalah moral dan spiritual yang dialami oleh kebanyakan masyarakat didalam lingkungan kerajaannya.

Setelah melalui rapat yang panjang dan dengan segala perdebatanya, maka pada akhirnya para resi dan penasehat kerajaan lainya menyerah kepada keputusan sang raja. Adapun hasil pencerahan dan keputusannya yaitu mengajarkan Sastra Jendra Hayuningrat dengan segala isi ilmunya kepada masyarakat kerajaan diluar pagar keraton.

Penyembahan kepada Gusti dilakukan dengan panembah, hening, samadi, ritual tradisional dan pralambang-pralambang yang semula menjadi ritual kerajaan. Namun sejak saat keputusan raja yang disampaikan kepada para resi dan para punggawa kerajaan untuk mengajarka Sastra Jendra di luar pagar kerajaan, maka secara bertahap raja mendaup ( mengangkat Pinisepuh ) yang ditugaskan untuk mengajarkan Kaweruh Jendra Hayuningrat ditengah-tengah masyarakat.

All hasil, peradaban masyarakat berubah drastis. Pemencaran ( penyebaran ) Kaweruh Jendra Hayuningrat pada saat itu menunjukan hasil, yaitu meningkatnya etika masyarakat menjadi lebih berbudi luhur, santun, andap-asor sampai berkurangnya tindak kejahatan moral ( percabulan, pencurian, judi dll) dan kejahatan spiritual ( Tenung, mantra, gendam dll).
Orang Jawa sejak sebelum diajarkannya Kaweruh Jendra Hayuningrat, memang tidak mengenal penyembahan berhala atau penyembahan yang diwujudkan dalam bentuk patung-patung Dewa. Karena raja-raja Jawa pada saat itu yang adalah menjadi panutan masyarakatnya, memang tidak perna mengajarkan penyembahan terhadap patung-patung berhala, karena para raja raja Jawa pada saat itu sudah mewarisi ilmu pengetahuan dari leluhurnya yaitu pengetahuan tentang ketuhanan melalui ajaran Kaweruh Jendra Hayuningrat, yang sama sekali tidak mengajarkan tentang penyembahan di luar Tuhan yang maha Gaib.


Kabeh agama iku apik/Semua agama itu baik

Sejak dulu, orang Jawa dan para pelaku Kaweruh Jendra Hayuningrat selalu bersikap toleran dan berwawasan luas terhadap pengetahuan lain. Oleh karena itu, masuknya agama-agama dari luar tanah Jawa diterima dengan baik dan tidak dihalang-halangi untuk berkembang. Hal ini sesuai dengan pandangan nenek-moyang Jawa bahwa : kabeh agama kuwi iku apik (semua agama itu baik).

Para pinisepuh Kaweruh Jendra Hayuningrat dari dulu yakin bahwa semua agama mengagungkan Tuhan Sang Pencipta , meskipun dengan tata-cara yang berlainan.
Jadi tidak ada alasan seorang pinisepuh Kaweruh Jendra Hayuningrat untuk melarang suatu agama atau kepercayan terhadap Tuhan YME.

Selain itu, setiap agama pada intinya menyebarkan ajaran dan tuntunan yang sangat mulia bagi para penganutnya , demi terwujudnya kehidupan yang damai dan sejahtera lahir bathin. Walaupun pada akhirnya Kaweruh Jendra Hayuningrat yang adalah Kaweruh aslinya orang-orang jawa, harus menjadi kepercayaan  asing di negerinya sendiri. Karena pada saat ini tidak banyak orang yang mau mengakui keberadaan Kaweruh Jendra Hayuningrat sebagai kaweruh asli bangsa yang perna turut andil dalam  mengisi sejarah berdirinya peradapban di pulau Jawa ini.....Rahayu!


Tidak ada komentar: