Bangunan Rumah jaman Majapahit
Di
situs ini pada tahun 1995, ditemukan kaki bangunan dan tanah yang
diperkuat sekelilingnya dengan susunan bata (berspesi tanah setebal satu
cm), membentuk sebuah batur rumah. Denah batur berbentuk empat persegi
panjang, ukurannya 5,20 x 12,15 meter, dan tingginya sekitar 60 cm. Di
sisi utara terdapat sebuah struktur tangga. Dan keberadaan dan letak
tangga, dapat disimpulkan bahwa rumah ini mengharap ke utara dengan
deviasi sekitar 9° 55” ke timur, seperti juga orientasi dan hampir semua
arah struktur bangunan yang ada di situs Trowulan.
Selama
ini hampir semua penelitian dan wacana mengenai bangunan-bangunan di
situs Trowulan berkenaan dengan tata-kota, candi, gapura, arca, sistem
kanal, kolam, saluran air dan goronggoron. Temboktembok besar dan bata
dan bangunan bata yang karena sudah rusak atau dirusak menjadi tidak
jelas bentuknya. Hampir tidak ada peneliti yang berupaya sungguh-sungguh
untuk memperoleh bukti konkrit dan rumah Majapahit di situs Trowulan.
Sebab kita belum tahu benar apakah bentuk rumah penduduk kota itu sama
dengan model- model rurnah dan teras kota yang banyak ditemukan di situs
ihi. Kita juga belum tahu apakah bentuk rumahnya sama dengan rumah yang
diukir pada reief candi. Bagaimana bentuk dan ukuran denahnya, kemana
arah hadapnya, apakah ia dibangun pada batiir atau pada muka tanah
langsung, apakah atapnya dan genteng, sirap, ambu, atau ijuk, dan masih
banyak pertanyaan yang perlu dijawab. Untunglah sejak awal tahun 1990-an
dimulai penelitian arkeologi yang memusatkan perhatian pada upaya
menemukan data bangunan rumah. Di antara basil kajian yang penting
adalah sisa bangunan rumah yang ditemukan dalam ekskavasi di halaman
Museum Trowulan (para peneliti menyebutnya Situs Segaran II).

Hal yang
menarik ialah bahwa di kaki bangunan terdapat selokan terbuka pada sisi
kiri dan kanan kaki bangunan selebar 8 cm dan sedalam 10 cm. Di depan
kaki bangunan, khusus pada lokasi tangga, selokan itu mengikuti bentuk
denah bangunan tangga. Selokan tersebut dibangun dari satuan satuan
bata, baik dindingrya maupun dasarnya, sehingga struktur selokan lebih
kuat, dan airnya bisa mengalir lebih cepat daripada jika struktur
selokan hanya dari tanah. Selokan semacam ini belum pernah ditemukan di
tempat lain.
Di sekitar kaki bangunan ditemukan lebih dari dua
ratus pecahan genteng terakota pada lantai halaman, yang fungsinya
sebagai penutup atap bangunan ini. Juga ditemukan lebih dari tujuh puluh
pecahan bubungan dan kemuncak, yaitu hiasan dari terakota yang
ditempatkan di puncak bangunan, dan ukel yaitu hiasan dari terakota yang
ditempatkan di bawah jurai atap bangunan.
Di depan bangunan ini
ditemukan halaman yang susunannya amat menanik dan unik. Tanah halaman
ini ditutup dengan struktur yang berpola kotak-kotak dan masing-masing
kotak itu dibatasi dengan bata-bata yang dipasang rebah di keempat
sisinya, dan di dalam kotak berbingkai bata tersebut dipasang batu-bata
bulat memenuhi seluruh bidang. Tutupan semacam ini berfungsi untuk
menghindari halaman menjadi becek seandainya turun hujan. Belum pernah
ditemukan penutup halaman yang semacam ini, kecuali yang agak serupa
yang diketemukan di selatan situs Segaran II.
Dari temuan itu
dapat diasumsikan bahwa tubuh bangunan didirikan di atas batur setinggi
setinggi kira-kira 60 cm. Tubuh bangunan agaknya tidak dibangun dari
bata, karena di sekitar bangunan itu tidak ditemukan bata dalam jumlah
besar yang sesuai dengan volumenya. Mungkin tubuh bangunan dibuat dari
kayu (papan) atau anyaman
bambu jenis gedek atau bilik. Ting-tiang kayu penyangga atap tentunya sudah hancur, agaknya tidak dilandasi oleh umpak-umpak batu yang justru banyak ditemukan di situs Trowulan, karena tak ada satu umpak pun yang ditemukan di sekitar bangunan. Tiang-tiang rumah mungkin diletakkan langsung pada lantai yang melapisi permukaan batur. Atap bangunan yang diperkirakan mempunyai sudut kemiringan antara 35-60 derajat ini ditutup dengan susunan genteng terakota berbentuk pipih empat persegi panjang (24 x 13 x 0,9 cm), jumlahnya sekitar 800-1000 keping genteng yang diperkirakan berdasarkan volume bangunan tersebut. Bagian atas atap dilengkapi dengan bubungan dan kemuncak, serta pada ujung-ujung jurainya dipasang hiasan ukel. Rekonstruksi bangunan rumah yang interprestasinya didasarkan atas bukti yang ditemukan di situs dapat dilengkapi melalui perbandingan dengan bentuk-bentuk rumah beserta unsur-unsurnya yang dapat kita lihat wujudnya dalam: (1) artefak sejaman seperti pada relief candi, model-model bangunan yang dibuat dan terakota, jenis-jenis penutup atap berbentuk genteng, sirap, bambu, ijuk: (2) rumah rumah sederhana milik penduduk sekarang di Trowulan; dan rumah-rumah di Bali.
bambu jenis gedek atau bilik. Ting-tiang kayu penyangga atap tentunya sudah hancur, agaknya tidak dilandasi oleh umpak-umpak batu yang justru banyak ditemukan di situs Trowulan, karena tak ada satu umpak pun yang ditemukan di sekitar bangunan. Tiang-tiang rumah mungkin diletakkan langsung pada lantai yang melapisi permukaan batur. Atap bangunan yang diperkirakan mempunyai sudut kemiringan antara 35-60 derajat ini ditutup dengan susunan genteng terakota berbentuk pipih empat persegi panjang (24 x 13 x 0,9 cm), jumlahnya sekitar 800-1000 keping genteng yang diperkirakan berdasarkan volume bangunan tersebut. Bagian atas atap dilengkapi dengan bubungan dan kemuncak, serta pada ujung-ujung jurainya dipasang hiasan ukel. Rekonstruksi bangunan rumah yang interprestasinya didasarkan atas bukti yang ditemukan di situs dapat dilengkapi melalui perbandingan dengan bentuk-bentuk rumah beserta unsur-unsurnya yang dapat kita lihat wujudnya dalam: (1) artefak sejaman seperti pada relief candi, model-model bangunan yang dibuat dan terakota, jenis-jenis penutup atap berbentuk genteng, sirap, bambu, ijuk: (2) rumah rumah sederhana milik penduduk sekarang di Trowulan; dan rumah-rumah di Bali.
Lepas dari
golongan status sosial penghuni rumah ini, ada hal lain yang menarik,
yaitu penduduk Majapahit di Trowulan, atau setidak-tidaknya penghuni
rumah ini, telah dapat menggabungkan antara segi fungsi dan estetika.
Halaman rumah ditata sedemikian rupa untuk rnenghindari genangan air
dengan cara diperkeras dengan krakal bulat dalam bingkai bata. Di
sekeliling bangunan terdapat selokan terbuka dengan bagian dasarnya
berlapis bata untuk mengalirkan air dari halaman. Dilengkapi juga dengan
sebuah jambangan air dan terakota yang besar, dan kendi terakota
berhias. Gambaran seperti ini rupanya semacam taman pada halaman rumah.
Di sebelah timur ada beberapa struktur bata yang belum berhasil
diidentifikasi. Mungkin rumah yang ukurannya relatif kecil ini hanya
merupakan salah satu dan kompleks bangunan rumah yang berada dalam satu
halaman seluas 200-an meter persegi, dikelilingi oleh pagar keliling
seperti kita dapati sekarang di Bali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar